Luruskan niat sempurnakan ikhtiar akhiri dengan tawakal.

Sunday, 16 December 2012

Baitul Maqdis (Kota Purba Direbutkan Oleh Tiga Agama)



Bulan Rajab memang telah berganti dengan Sya’ban. Namun peristiwa Isra dan Mi’raj Baginda Nabi Muhammad SAW senantiasa dikenang. Membuat kaum muslimin semakin merindukan bahkan mengimpi-impikan untuk dapat menziarahi salah satu tempat yang menjadi persinggahan Rasulullah, yaitu Masjidil Aqsha di Baitul Maqdis, Yerusalem.

Ini merupakan wilayah terpanas di dunia, yang tak pernah reda oleh pertikaian berdarah. Saat ini, kota tua ini dikuasai oleh Yahudi. Menziarahinya sangat sulit. Jika bukan karena keimigrasian, ya karena faktor keamanan, yang membahayakan jiwa para peziarah. 

Untuk mengisi kerinduan itu, ada baiknya kita mengikuti kota purba yang konon sudah ada sejak zaman Sam, putra Nabi Nuh AS, yang kemudian menjadi rebutan tiga agama.

Dari akar sejarahnya, berdasarkan penemuan arkeologi, kota tersebut telah berperadaban kuno sejak 3.000 SM. Yang pertama kali bermigrasi ke kota ini adalah bangsa Semit, yaitu bangsa Kanaan, suku-suku pertama yang bermigrasi dari Semenanjung Arabia. Ini bisa dilihat dari penamaan kota-kota tersebut, misalnya Jericho, Beit-Syam, Mejeddo, dan Juzer. 

Di Jericho dan Majeddo terdapat peninggalan paling tua dari bangsa Kanaan berupa kuil-kuil kuno yang dibangun sekitar 3.000 SM. Kota Yerusalem sendiri merupakan bukti yang paling baik dari kekunoan permukim-permukim bangsa Arab-Semitik purba di Palestina. 

Kota itu didirikan oleh suku-suku Jebus, yaitu cabang dari bangsa Kanaan, sekitar 5.000 tahun yang lalu. Sebuah naskah kuno di Tell el Amarna yang ditulis 1400 SM menyebut kota itu dengan nama Urusalim. 

Jadi jelaslah bahwa kota tersebut telah ada jauh sebelum bangsa Israel memasuki Palestina. Yang pertama merencanakan dan mendirikan Yerusalem adalah seorang raja bangsa Jebus-Kanaan: Melchisedec, yang percaya akan ke-Esa-an Tuhan, walaupun rakyatnya kebanyakan musyrik.

Ibn Al-Firkah, sejarawan berdarah Arab, dalam bukunya Baith Alnufus ila’Ziyarat Al-Quds Al Mahrus menulis bahwa Sam bin Nuh sangat mungkin merupakan pendiri Kuil Yerusalem. Kuil Yerusalem ini dalam bahasa Arab disebut Baitul Maqdis, Rumah Suci. Beberapa nabi Allah meneruskan upaya Sam bin Nuh AS untuk memeliharanya. 

Pada tahun 2000-1500 SM, Nabi Ibrahim AS bersama istrinya, Sarah, bapak, dan saudara sepupunya, Luth AS, hijrah dari Baitul Maqdis.
Nabi Ibrahim AS dari Siti Hajar mempunyai anak

Nabi Ismail AS, dan dari Siti Sarah mempunyai anak Nabi Ishaq AS. Nabi Ishaq tetap tinggal di Palestina, hingga beliau memiliki keturunan bernama Nabi Ya’qub, yang mempunyai julukan “Israil”, yang artinya “Hamba Tuhan”. 

Nabi Ya’qub mempunya 12 putra, salah satunya Nabi Yusuf AS, yang ketika kecil dibuang oleh saudara-saudaranya, yang dengki kepadanya. Nasibnya yang baik membawanya ke tanah Mesir dan kemudian dia menjadi bendahara kerajaan Mesir. 

Ketika masa paceklik, Nabi Ya’qub beserta putra-putranya bermigrasi ke Mesir. Di Negeri Piramida ini keturunan Nabi Ya’qub pun berkembang, yang kemudian dinamakan Bani Israil.
Pada tahun 1550 SM, politik di Mesir berubah. Bangsa Israel dianggap sebagai masalah bagi Mesir. Banyak dari bangsa Israel yang lebih pintar dari orang asli Mesir dan menguasai perekonomian. Oleh pemerintah Firaun, bangsa Israel diturunkan statusnya menjadi budak.

Pada tahun 1200 SM, Nabi Musa AS memimpin bangsa Israel meninggalkan Mesir, mengembara di Gurun Sinai menuju tanah yang dijanjikan, asalkan mereka taat kepada Allah SWT – dikenal dengan cerita Nabi Musa AS membelah laut ketika bersama bangsa Israel dikejar-kejar oleh tentara Mesir menyeberangi Laut Merah. Namun saat diperintah untuk memasuki tanah Filistin (Palestina), mereka membandel dan berkata,

“Hai Musa, kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini.” (QS 5: 24).

Akibatnya mereka dikutuk Allah SWT dan hanya berputar-putar di sekitar Palestina. Belakangan agama yang dibawa Nabi Musa AS disebut Yahudi, sesuai salah satu marga bangsa Israel yang paling banyak keturunannya, yakni Yehuda. Dan akhirnya bangsa Israil – tanpa memandang warga negara atau tanah airnya – disebut juga orang-orang Yahudi.

Pada tahun 1000 SM, keturunan Nabi Musa AS, yaitu Nabi Daud AS, mengalahkan Goliath (Jalut, Quran) dari Palestinan. Palestina pun direbut dan Daud dijadikan raja. Dua belas suku Israel disatukan di bawah pemerintahan Nabi Daud, menjadi bangsa yang kuat. Allah SWT meridhai Nabi Daud karena keimanannya.

Wilayah kerajaannya membentang dari tepi Sungai Nil hingga Sungai Eufrat di Irak. Sekarang ini Yahudi tetap memimpikan kembali kebesaran Israel seperti yang dipimpin Raja Daud, sebagai Israel Raya. Bendera Israel adalah dua garis biru (Sungai Nil dan Eufrat) dan Bintang Daud. 

Kepemimpinan Daud AS diteruskan oleh anaknya, Nabi Sulaiman AS, dan Masjidil Aqsha pun dibangun kembali.Kerajaan Israel mencapai zaman keemasannya di bawah kepemimpinan putranya, Nabi Sulaiman AS, yang memerintah sekitar 970-930 SM. 

Nabi Sulaiman inilah yang membangun kanisah atau sinagoga yang terkenal dengan sebutan Haykal Sulaiman I (atau Solomon Temple, Kuil Sulaiman). 

Ada hal yang menarik dalam kisah Nabi Sulaiman ini. Suatu ketika, Nabi Sulaiman memasuki mihrabnya untuk i'tikaf, beribadah menyembah Allah. Mihrab yang terletak di puncak Gunung Moria itu sedang dalam proses didirikan oleh bala tentarannya dari bangsa jin. Bangunannya sangat megah nan indah, dindingnya terbuat dari permata dan emas, yang didatangkan dari Thirsis, dan batu mulia, dari Yaman.

Duduk khusyu’, sambil memegang tongkat kesayangannya, Nabi Sulaiman tenggelam dalam tafakur memuji kebesaran-Nya. Ia berdzikir kepada Allah SWT hingga rasa kantuk menguasainya. 

Tak lama setelah itu malaikat maut menemuinya. Nabi Sulaiman pun dijemput menghadap-Nya. Sementara di luar sana jin, yang sedang asyik bekerja, terus menyelesaikan tugasnya. Hari berganti hari, tak ada yang mengetahui kepergian Nabi Sulaiman, hingga datang binatang rayap yang sedang lapar mencari makanan. Hewan kecil itu mulai memakan tongkat Nabi Sulaiman. Perlahan tapi pasti, tongkat itu pun menjadi rusak, dan akhirnya jatuh dari tangan Nabi Sulaiman. 

Tubuh mulia nan gagah itu kehilangan keseimbangan dan terhempas ke bumi. Tatkala tubuh suci itu tersungkur, datanglah anak buah dan bala tentarannya, mulai dari golongan manusia, binatang, hingga jin. Mereka baru menyadari bahwa Nabi Sulaiman telah menghadap Sang Pencipta sekian lama, tapi jasadnya tetap utuh. 

Ya, Nabi Sulaiaman, pewaris kerajaan Nabi Daud AS, pemilik kerajaan dan kekuasaan yang tak seorang pun menyerupainnya, berkat izin dan kuasa-Nya, seperti doa yang dia panjatkan, “Ya Allah ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahilah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seseorang pun sesudahku” (QS Shad: 35), tetap khusyu’ beribadah di tengah nikmat yang berlimpah, hingga ajal menjemput. 

Tentu keindahan dan kebesaran yang dimilikinya tidak dimaksudkan memalingkan manusia dari menyembah Allah SWT. Dan kebesaran bangunan itu merupakan simbol kekuatan negara dan sekaligus kekuatan aqidahnya. 

Sayang, mihrab, Baitullah, atau yang lebih dikenal dengan Haikal Sulaiman, yang megah, hancur lebur oleh tentara Babilonia, di bawah Raja Nebukadnezar, saat merebut paksa Yerusalem pada tahun 586 M.


Skenario Allah

Para mufassir menafsirkan bahwa penghancuran Haikal Sulaiman adalah bagian dari skenario Allah sebagaimana dikisahkan dalam Al-Quran surah Al-Isra ayat 4 sampai 6, lantaran sepeninggal Nabi Sulaiman bangsa Yahudi banyak yang berpaling dari ajaran Allah. Keindahan dan kebesaran kerajaan serta Haikal Sulaiman membutakan mata hati Bani Israel dan akhirnya berpaling dari-Nya. Mereka hanya mengagumi kulit, tapi meninggalkan hakikat.

Seiring berjalannya waktu, tentara Persia menguasai Babilonia. Raja Persia memperbolehkan bangsa Israel, Yahudi, kembali ke Yerusalem pada tahun 614 SM hingga 629 SM. Dan Haikal Sulaiman dibangun kembali oleh Koresy yang Agung di lokasi bekas reruntuhannya. 

Setelah kematian Koresy yang Agung, kota ini jatuh ke tangan Roma pada tahun 70 M Semasa pemerintahan Roma, masyarakat Yahudi di Yerusalem memberontak. Namun tentara Roma mematahkan pemberontakan tersebut dan memusnahkan Haikal Sulaiman II. Bahkan Kaisar Bizantium Romawi, Constantine, menjadikan Yerusalem sebagai pusat keagamaan Kristen, dengan membangun Church of the Holy Sepulcher pada tahun 335 M. 

Mengingat lokasi suci Haikal Sulaiman, yang juga diyakini sebagai tempat i’tikaf Siti Maryam, ibunda Nabi Isa As, yang selalu mendapat hidangan (al-maidah) dari langit setiap hari. Juga sebuah mihrab Nabi Zakariya AS, tempat yang selalu digunakan untuk beribadah kepada Allah, juga bermunajat dan meminta diberi keturunan yang shalih, meski usianya tak lagi muda.

Dari bangunan Haikal Sulaiman II, yang tersisa hanyalah sebagian dinding pembatas luar, yang dikenal sebagai Tembok Barat, sekitar 60 m. Kini dinding itu dikenal dengan sebutan ”Tembok Ratapan”, lantaran di tempat itulah bangsa Yahudi berdoa dan meratapi dosa-dosa mereka dengan penuh penyesalan. Selain mengucapkan doa-doa, mereka juga menuliskan doa dan harapan pada sepotong kertas yang disisipkan pada celah-celah dinding yang dibagi dua dengan sebuah pagar pemisah untuk memisahkan laki-laki dan perempuan.


Tujuan Mi’raj 


 
Kawasan Haikal Sulaiman II, yang kini lebih dikenal sebagai Kompleks Al-Haram Asy-Syarif, Tanah Haram yang Mulia, disebut pula Al-Quds (yang tersucikan) atau Baitul Maqdis, yang berada di kota lama Yesrusalem, Yerusalem Timur, memiliki nilai spiritual yang sangat tinggi.
Begitu sucinya Baitul Maqdis, Allah juga menjadikan tempat itu sebagai tujuan Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Sebagimana dikisahkan dalam Al-Quran, surat Al-Isra ayat 1, “Mahasuci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masdil Aqsha....”

Rasulullah berangkat dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha yang berada di kawasan Kompleks Baitul Maqdis pada tahun 621 M. Di kompleks itu pula terdapat sebuah batu karang yang dijadikan pijakan Rasulullah sesaat sebelum Mi’raj ke Sidrathul Muntaha. Batu dengan sepuluh anak tangga yang sangat elok rupanya itu dengan izin Allah dapat bergerak naik dan turun, dari satu tingkatan ke tingkatan berikutnya.

Rentetan sejarah bernilai spiritual tersebut menjadikan tempat itu diperebutkan oleh umat Yahudi, Kristen, dan Islam. Pada masa Khalifah Umar bin Khaththab, tahun 638 M, umat Islam berhasil menaklukkan Yerusalem tanpa peperangan. Sayyidina Umar sempat membersihkan dan melakukan shalat di Masjidil Aqsha, saat mengunjungi Yerusalem. 

Pada masa pemerintahan Khalifah Abdul Malik bin Marwan dari Kekhalifahan Dinasti Umayyah, sekitar tahun 66 H hingga tahun 73 H, Masjdil Aqsha, yang hanya berupa mihrab tempat beribadah, direnovasi. Dan cucunya, Al-Walid, memperluas bangunan Masjid Aqsha menjadi sangat megah, dengan arsitektur Islam klasik seperti sekarang.

Sementara pada batu karang yang berada di sebelah utara Masjidil Aqsha, masih di kawasan Al-Haram Asy-Syarif, dibangun sebuah kubah bernama Qubbatush Sakhra, lebih terkenal di dunia internasional dengan nama The Dome of the Rock. Qubbatush Sakhra sengaja dibangun untuk melindungi batu karang pijakan kaki Rasulullah sesaat sebelum Mi’raj itu. 

Selain mengabadikan sejarah bernilai spiritual, pembangunan kubah yang kini menjadi lebih indah itu juga menghindari perbuatan-perbuatan yang merusak aqidah, yang banyak dilakukan wisatawan ziarah. 

Kemudian pada masa Khalifah Abdul Malik, putra Marwan, tahun 685-705 M, Qubbatush Sakhra direnovasi. Dua bangunan tersebut, Masjdil Aqsha dan Qubbatush Sakhra, kini ibarat dua sejoli. Keduanya menjadi mata rantai lintasan sejarah Islam. Terutama dalam peristiwa Isra Mi’raj. Bahkan, Sakhra pernah menjadi patokan arah kiblat umat Islam selama 13 tahun, 17 bulan, sebelum kiblat dialihkan ke Ka’bah di Makkah, sesuai perintah Allah SWT. 

Belakangan bangsa Yahudi kerap mengekspos Qubatus Sakhara sebagai Masjidil Aqsha. Sebagian besar umat Islam menilai, itu semua untuk mengelabui umat Islam. Mengingat, hingga kini bangsa Yahudi masih menginginkan kawasan Al-Haram Asy-Syarif untuk kembali dibangun Haikal Sulaiaman.

Terlepas dari sejarah panjang kawasan suci yang disucikan itu, hinga kini, di tengah proses perdamaian di Palestina, banyak peziarah, baik muslim maupun non-muslim, datang ke Masjidil Aqsha dan Qubbatush Sakhra. Di samping untuk tujuan keagamaan, sekaligus juga untuk menikmati keindahan seni arsitektur Islam Abad Pertengahan yang menghiasi Masjidil Aqsha dan Qubbatush Sakhra, di tengah lingkunagn yang sangat sejuk dengan hamparan rerumputan hijau dan naungan teduh pohon zaitun.

Bukti Tuhan itu Ada

Beriman bahwa Tuhan itu ada adalah iman yang paling utama. Jika seseorang sudah tidak percaya bahwa Tuhan itu ada, maka sesungguhnya orang itu dalam kesesatan yang nyata.
Benarkah Tuhan itu ada? Kita tidak pernah melihat Tuhan. Kita juga tidak pernah bercakap-cakap dengan Tuhan. Karena itu, tidak heran jika orang-orang atheist menganggap Tuhan itu tidak ada. Cuma khayalan orang belaka.
Ada kisah zaman dulu tentang orang atheist yang tidak percaya dengan Tuhan. Dia mengajak berdebat seorang alim mengenai ada atau tidak adanya Tuhan. Di antara pertanyaannya adalah: “Benarkah Tuhan itu ada” dan “Jika ada, di manakah Tuhan itu?”
Ketika orang atheist itu menunggu bersama para penduduk di kampung tersebut, orang alim itu belum juga datang. Ketika orang atheist dan para penduduk berpikir bahwa orang alim itu tidak akan datang, barulah muncul orang alim tersebut.
“Maaf jika kalian menunggu lama. Karena hujan turun deras, maka sungai menjadi banjir, sehingga jembatannya hanyut dan saya tak bisa menyeberang. Alhamdulillah tiba-tiba ada sebatang pohon yang tumbang. Kemudian, pohon tersebut terpotong-potong ranting dan dahannya dengan sendirinya, sehingga jadi satu batang yang lurus, hingga akhirnya menjadi perahu. Setelah itu, baru saya bisa menyeberangi sungai dengan perahu tersebut.” Begitu orang alim itu berkata.
Si Atheist dan juga para penduduk kampung tertawa terbahak-bahak. Dia berkata kepada orang banyak, “Orang alim ini sudah gila rupanya. Masak pohon bisa jadi perahu dengan sendirinya. Mana bisa perahu jadi dengan sendirinya tanpa ada yang membuatnya!” Orang banyak pun tertawa riuh.
Setelah tawa agak reda, orang alim pun berkata, “Jika kalian percaya bahwa perahu tak mungkin ada tanpa ada pembuatnya, kenapa kalian percaya bahwa bumi, langit, dan seisinya bisa ada tanpa penciptanya? Mana yang lebih sulit, membuat perahu, atau menciptakan bumi, langit, dan seisinya ini?”
Mendengar perkataan orang alim tersebut, akhirnya mereka sadar bahwa mereka telah terjebak oleh pernyataan mereka sendiri.
“Kalau begitu, jawab pertanyaanku yang kedua,” kata si Atheist. “Jika Tuhan itu ada, mengapa dia tidak kelihatan. Di mana Tuhan itu berada?” Orang atheist itu berpendapat, karena dia tidak pernah melihat Tuhan, maka Tuhan itu tidak ada.
Orang alim itu kemudian menampar pipi si atheist dengan keras, sehingga si atheist merasa kesakitan.
“Kenapa anda memukul saya? Sakit sekali.” Begitu si Atheist mengaduh.
Si Alim bertanya, “Ah mana ada sakit. Saya tidak melihat sakit. Di mana sakitnya?”
“Ini sakitnya di sini,” si Atheist menunjuk-nunjuk pipinya.
“Tidak, saya tidak melihat sakit. Apakah para hadirin melihat sakitnya?” Si Alim bertanya ke orang banyak.
Orang banyak berkata, “Tidak!”
“Nah, meski kita tidak bisa melihat sakit, bukan berarti sakit itu tidak ada. Begitu juga Tuhan. Karena kita tidak bisa melihat Tuhan, bukan berarti Tuhan itu tidak ada. Tuhan ada. Meski kita tidak bisa melihatNya, tapi kita bisa merasakan ciptaannya.” Demikian si Alim berkata.
Sederhana memang pembuktian orang alim tersebut. Tapi pernyataan bahwa Tuhan itu tidak ada hanya karena panca indera manusia tidak bisa mengetahui keberadaan Tuhan adalah pernyataan yang keliru.
Berapa banyak benda yang tidak bisa dilihat atau didengar manusia, tapi pada kenyataannya benda itu ada?
Betapa banyak benda langit yang jaraknya milyaran, bahkan mungkin trilyunan cahaya yang tidak pernah dilihat manusia, tapi benda itu sebenarnya ada?
Berapa banyak zakat berukuran molekul, bahkan nukleus (rambut dibelah 1 juta), sehingga manusia tak bisa melihatnya, ternyata benda itu ada? (manusia baru bisa melihatnya jika meletakan benda tersebut ke bawah mikroskop yang amat kuat).
Berapa banyak gelombang (entah radio, elektromagnetik. Listrik, dan lain-lain) yang tak bisa dilihat, tapi ternyata hal itu ada.
Benda itu ada, tapi panca indera manusia lah yang terbatas, sehingga tidak mengetahui keberadaannya.
Kemampuan manusia untuk melihat warna hanya terbatas pada beberapa frekuensi tertentu, demikian pula suara. Terkadang sinar yang amat menyilaukan bukan saja tak dapat dilihat, tapi dapat membutakan manusia. Demikian pula suara dengan frekuensi dan kekerasan tertentu selain ada yang tak bisa didengar juga ada yang mampu menghancurkan pendengaran manusia. Jika untuk mengetahui keberadaan ciptaan Allah saja manusia sudah mengalami kesulitan, apalagi untuk mengetahui keberadaan Sang Maha Pencipta!
Memang sulit membuktikan bahwa Tuhan itu ada. Tapi jika kita melihat pesawat terbang, mobil, TV, dan lain-lain, sangat tidak masuk akal jika kita berkata semua itu terjadi dengan sendirinya. Pasti ada pembuatnya.
Jika benda-benda yang sederhana seperti korek api saja ada pembuatnya, apalagi dunia yang jauh lebih kompleks.
Bumi yang sekarang didiami oleh sekitar 8 milyar manusia, keliling lingkarannya sekitar 40 ribu kilometer panjangnya. Matahari, keliling lingkarannya sekitar 4,3 juta kilometer panjangnya. Matahari, dan 9 planetnya yang tergabung dalam Sistem Tata Surya, tergabung dalam galaksi Bima Sakti yang panjangnya sekitar 100 ribu tahun cahaya (kecepatan cahaya=300 ribu kilometer/detik!) bersama sekitar 100 milyar bintang lainnya. Galaksi Bima Sakti, hanyalah 1 galaksi di antara ribuan galaksi lainnya yang tergabung dalam 1 “Cluster”. Cluster ini bersama ribuan Cluster lainnya membentuk 1 Super Cluster. Sementara ribuan Super Cluster ini akhirnya membentuk “Jagad Raya” (Universe) yang bentangannya sejauh 30 Milyar Tahun Cahaya! Harap diingat, angka 30 Milyar Tahun Cahaya baru angka estimasi saat ini, karena jarak pandang teleskop tercanggih baru sampai 15 Milyar Tahun Cahaya.
Bayangkan, jika jarak bumi dengan matahari yang 150 juta kilometer ditempuh oleh cahaya hanya dalam 8 menit, maka seluruh Jagad Raya baru bisa ditempuh selama 30 milyar tahun cahaya. Itulah kebesaran ciptaan Allah! Jika kita yakin akan kebesaran ciptaan Tuhan, maka hendaknya kita lebih meyakini lagi kebesaran penciptanya.
Dalam Al Qur’an, Allah menjelaskan bahwa Dialah yang menciptakan langit, bintang, matahari, bulan, dan lain-lain:
“Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya.” [Al Furqoon:61]
Ada jutaan orang yang mengatur lalu lintas jalan raya, laut, dan udara. Mercusuar sebagai penunjuk arah di bangun, demikian pula lampu merah dan radar. Menara kontrol bandara mengatur lalu lintas laut dan udara. Sementara tiap kendaraan ada pengemudinya. Bahkan untuk pesawat terbang ada Pilot dan Co-pilot, sementara di kapal laut ada Kapten, juru mudi, dan lain-lain. Toh, ribuan kecelakaan selalu terjadi di darat, laut, dan udara. Meski ada yang mengatur, tetap terjadi kecelakaan lalu lintas.
Sebaliknya, bumi, matahari, bulan, bintang, dan lain-lain selalu beredar selama milyaran tahun lebih (umur bumi diperkirakan sekitar 4,5 milyar tahun) tanpa ada tabrakan. Selama milyaran tahun, tidak pernah bumi menabrak bulan, atau bulan menabrak matahari. Padahal tidak ada rambu-rambu jalan, polisi, atau pun pilot yang mengendarai. Tanpa ada Tuhan yang Maha Mengatur, tidak mungkin semua itu terjadi. Semua itu terjadi karena adanya Tuhan yang Maha Pengatur. Allah yang telah menetapkan tempat-tempat perjalanan (orbit) bagi masing-masing benda tersebut. Jika kita sungguh-sungguh memikirkan hal ini, tentu kita yakin bahwa Tuhan itu ada.
“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.” [Yunus:5]
“Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” [Yaa Siin:40]
Sungguhnya orang-orang yang memikirkan alam, insya Allah akan yakin bahwa Tuhan itu ada:
“Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.” [Ar Ra’d:2]
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” [Ali Imron:191]
Terhadap manusia-manusia yang sombong dan tidak mengakui adanya Tuhan, Allah menanyakan kepada mereka tentang makhluk ciptaannya. Manusiakah yang menciptakan, atau Tuhan yang Maha Pencipta:
“Maka terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan. Kamukah yang menciptakannya, atau Kamikah yang menciptakannya?” [Al Waaqi’ah:58-59]
“Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam? Kamukah yang menumbuhkannya ataukah Kami yang menumbuhkannya?”[Al Waaqi’ah:63-64]
“Kamukah yang menjadikan kayu itu atau Kamikah yang menjadikannya?” [Al Waaqi’ah:72]
Di ayat lain, bahkan Allah menantang pihak lain untuk menciptakan lalat jika mereka mampu. Manusia mungkin bisa membuat robot dari bahan-bahan yang sudah diciptakan oleh Allah. Tapi untuk menciptakan seekor lalat dari tiada menjadi ada serta makhluk yang bisa bereproduksi (beranak-pinak), tak ada satu pun yang bisa menciptakannya kecuali Allah:
“…Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.” [Al Hajj:73]
Sesungguhnya, masih banyak ayat-ayat Al Qur’an lainnya yang menjelaskan bahwa sesungguhnya, Tuhan itu ada, dan Dia lah yang Maha Pencipta.

Silahkan baca juga:
Sumber:

Keajaiban Al Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Modern

Benar kiranya jika Al Qur’an disebut sebagai mukjizat. Bagaimana tidak, ternyata ayat-ayat Al Qur’an yang diturunkan di abad ke 7 masehi di mana ilmu pengetahuan belum berkembang (saat itu orang mengira bumi itu rata dan matahari mengelilingi bumi), sesuai dengan ilmu pengetahuan modern yang baru-baru ini ditemukan oleh manusia.
Sebagai contoh ayat di bawah:
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” [Al Anbiyaa:30]

Saat itu orang tidak ada yang tahu bahwa langit dan bumi itu awalnya satu. Ternyata ilmu pengetahuan modern seperti teori Big Bang dan teori ilmiyah lainnya menyatakan bahwa alam semesta (bumi dan langit) itu dulunya satu. Kemudian akhirnya pecah menjadi sekarang ini.

Kemudian ternyata benar segala yang bernyawa, termasuk tumbuhan bersel satu pasti mengandung air dan juga membutuhkan air. Keberadaan air adalah satu indikasi adanya kehidupan di suatu planet. Tanpa air, mustahil ada kehidupan. Inilah satu kebenaran ayat Al Qur’an.

Tatkala merujuk kepada matahari dan bulan di dalam Al Qur’an, ditegaskan bahwa masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu.

“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.” (Al Qur’an, 21:33)

Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam, tetapi bergerak dalam garis edar tertentu:
“Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (Al Qur’an, 36:38)

Langit yang mengembang (Expanding Universe)
Dalam Al Qur’an, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi masih terbelakang, mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana berikut ini:
“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.” (Al Qur’an, 51:47)
Menurut Al Qur’an langit diluaskan/mengembang. Dan inilah kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan masa kini.
Menurut Stephen Hawkings dengan teori Big Bang, sejak terjadinya peristiwa Big Bang, alam semesta telah mengembang secara terus-menerus dengan kecepatan maha dahsyat. Teori lain seperti Inflationary juga berpendapat jagad raya terus berkembang. Para ilmuwan menyamakan peristiwa mengembangnya alam semesta dengan permukaan balon yang sedang ditiup.

Hingga awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia terus-menerus “mengembang”.
Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang.

Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi. 

Gunung yang Bergerak
“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan.” [QS 27:88]
14 abad lampau seluruh manusia menyangka gunung itu diam tidak bergerak. Namun dalam Al Qur’an disebutkan gunung itu bergerak.
Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh gerakan kerak bumi tempat mereka berada. Kerak bumi ini seperti mengapung di atas lapisan magma yang lebih rapat. Pada awal abad ke-20, untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener mengemukakan bahwa benua-benua pada permukaan bumi menyatu pada masa-masa awal bumi, namun kemudian bergeser ke arah yang berbeda-beda sehingga terpisah ketika mereka bergerak saling menjauhi.
Para ahli geologi memahami kebenaran pernyataan Wegener baru pada tahun 1980, yakni 50 tahun setelah kematiannya. Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Wegener dalam sebuah tulisan yang terbit tahun 1915, sekitar 500 juta tahun lalu seluruh tanah daratan yang ada di permukaan bumi awalnya adalah satu kesatuan yang dinamakan Pangaea. Daratan ini terletak di kutub selatan.

Sekitar 180 juta tahun lalu, Pangaea terbelah menjadi dua bagian yang masing-masingnya bergerak ke arah yang berbeda. Salah satu daratan atau benua raksasa ini adalah Gondwana, yang meliputi Afrika, Australia, Antartika dan India. Benua raksasa kedua adalah Laurasia, yang terdiri dari Eropa, Amerika Utara dan Asia, kecuali India. Selama 150 tahun setelah pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia terbagi menjadi daratan-daratan yang lebih kecil.

Benua-benua yang terbentuk menyusul terbelahnya Pangaea telah bergerak pada permukaan Bumi secara terus-menerus sejauh beberapa sentimeter per tahun. Peristiwa ini juga menyebabkan perubahan perbandingan luas antara wilayah daratan dan lautan di Bumi.

Pergerakan kerak Bumi ini diketemukan setelah penelitian geologi yang dilakukan di awal abad ke-20. Para ilmuwan menjelaskan peristiwa ini sebagaimana berikut:
Kerak dan bagian terluar dari magma, dengan ketebalan sekitar 100 km, terbagi atas lapisan-lapisan yang disebut lempengan. Terdapat enam lempengan utama, dan beberapa lempengan kecil. Menurut teori yang disebut lempeng tektonik, lempengan-lempengan ini bergerak pada permukaan bumi, membawa benua dan dasar lautan bersamanya. Pergerakan benua telah diukur dan berkecepatan 1 hingga 5 cm per tahun. Lempengan-lempengan tersebut terus-menerus bergerak, dan menghasilkan perubahan pada geografi bumi secara perlahan. Setiap tahun, misalnya, Samudera Atlantic menjadi sedikit lebih lebar. (Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 30)

Ada hal sangat penting yang perlu dikemukakan di sini: dalam ayat tersebut Allah telah menyebut tentang gerakan gunung sebagaimana mengapungnya perjalanan awan. (Kini, Ilmuwan modern juga menggunakan istilah “continental drift” atau “gerakan mengapung dari benua” untuk gerakan ini. (National Geographic Society, Powers of Nature, Washington D.C., 1978, s.12-13)

Tidak dipertanyakan lagi, adalah salah satu kejaiban Al Qur’an bahwa fakta ilmiah ini, yang baru-baru saja ditemukan oleh para ilmuwan, telah dinyatakan dalam Al Qur’an.
“Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan dan Kami turunkan hujan dari langit lalu Kami beri minum kamu dengan air itu dan sekali kali bukanlah kamu yang menyimpannya.” (Al Qur’an, 15:22)
Ramalan Kemenangan Romawi atas Persia
“Alif, Lam, Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang).” (Al Qur’an, 30:1-4)
Ayat-ayat ini diturunkan kira-kira pada tahun 620 Masehi, hampir tujuh tahun setelah kekalahan hebat Bizantium Kristen di tangan bangsa Persia, ketika Bizantium kehilangan Yerusalem. Kemudian diriwayatkan dalam ayat ini bahwa Bizantium dalam waktu dekat menang. Padahal, Bizantium waktu itu telah menderita kekalahan sedemikian hebat hingga nampaknya mustahil baginya untuk mempertahankan keberadaannya sekalipun, apalagi merebut kemenangan kembali. Tidak hanya bangsa Persia, tapi juga bangsa Avar, Slavia, dan Lombard menjadi ancaman serius bagi Kekaisaran Bizantium. Bangsa Avar telah datang hingga mencapai dinding batas Konstantinopel. Kaisar Bizantium, Heraklius, telah memerintahkan agar emas dan perak yang ada di dalam gereja dilebur dan dijadikan uang untuk membiayai pasukan perang. Banyak gubernur memberontak melawan Kaisar Heraklius dan dan Kekaisaran tersebut berada pada titik keruntuhan. Mesopotamia, Cilicia, Syria, Palestina, Mesir dan Armenia, yang semula dikuasai oleh Bizantium, diserbu oleh bangsa Persia. (Warren Treadgold, A History of the Byzantine State and Society, Stanford University Press, 1997, s. 287-299.)

Diselamatkannya Jasad Fir’aun
“Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu” [QS 10:92]
Foto Fir'aun Ramses 2Maurice Bucaille dulunya adalah peneliti mumi Fir’aun di Mesir. Pada mumi Ramses II Dia menemukan keganjilan, yaitu kandungan garam yang sangat tinggi pada tubuhnya.  Dia baru kemudian menemukan jawabannya di Al-Quran, ternyata Ramses II ini adalah Firaun yang dulu ditenggelamkan oleh Allah swt ketika sedang mengejar Nabi Musa as.
Injil & Taurat hanya menyebutkan bahwa Ramses II tenggelam; tetapi hanya Al-Quran yang kemudian menyatakan bahwa mayatnya diselamatkan oleh Allah swt, sehingga bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.
Perhatikan bahwa Nabi Muhammad saw hidup 3000 tahun setelah kejadian tersebut, dan tidak ada cara informasi tersebut (selamatnya mayat Ramses II) dapat ditemukan beliau (karena di Injil & Taurat pun tidak disebut). Makam Fir’aun, Piramid, yang tertimbun tanah baru ditemukan oleh arkeolog Giovanni Battista Belzoni tahun 1817.Namun Al-Quran bisa menyebutkannya karena memang firman Allah swt (bukan buatan Nabi Muhammad saw).

Segala Sesuatu diciptakan Berpasang-pasangan
Al Qur’an yang berulang-ulang menyebut adanya pasangan dalam alam tumbuh-tumbuhan, juga menyebut adanya pasangan dalam rangka yang lebih umum, dan dengan batas-batas yang tidak ditentukan.
“Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa-apa yang mereka tidak ketahui.” [Yaa Siin 36:36]
Kita dapat mengadakan hipotesa sebanyak-banyaknya mengenai arti hal-hal yang manusia tidak mengetahui pada zaman Nabi Muhammad. Hal-hal yang manusia tidak mengetahui itu termasuk di dalamnya susunan atau fungsi yang berpasangan baik dalam benda yang paling kecil atau benda yang paling besar, baik dalam benda mati atau dalam benda hidup. Yang penting adalah untuk mengingat pemikiran yang dijelaskan dalam ayat itu secara rambang dan untuk mengetahui bahwa kita tidak menemukan pertentangan dengan Sains masa ini.

Meskipun gagasan tentang “pasangan” umumnya bermakna laki-laki dan perempuan, atau jantan dan betina, ungkapan “maupun dari apa yang tidak mereka ketahui” dalam ayat di atas memiliki cakupan yang lebih luas. Kini, cakupan makna lain dari ayat tersebut telah terungkap. Ilmuwan Inggris, Paul Dirac, yang menyatakan bahwa materi diciptakan secara berpasangan, dianugerahi Hadiah Nobel di bidang fisika pada tahun 1933. Penemuan ini, yang disebut “parité”, menyatakan bahwa materi berpasangan dengan lawan jenisnya: anti-materi. Anti-materi memiliki sifat-sifat yang berlawanan dengan materi. Misalnya, berbeda dengan materi, elektron anti-materi bermuatan positif, dan protonnya bermuatan negatif. Fakta ini dinyatakan dalam sebuah sumber ilmiah sebagaimana berikut:
“…setiap partikel memiliki anti-partikel dengan muatan yang berlawanan … dan hubungan ketidakpastian mengatakan kepada kita bahwa penciptaan berpasangan dan pemusnahan berpasangan terjadi di dalam vakum di setiap saat, di setiap tempat.”
Semua ini menunjukkan bahwa unsur besi tidak terbentuk di Bumi, melainkan dibawa oleh meteor-meteor melalui letupan bintang-bintang di luar angkasa, dan kemudian “dikirim ke bumi”, persis sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut. Jelas bahwa fakta ini tak mungkin diketahui secara ilmiah pada abad ke-7, di saat Al Qur’an diturunkan. 

Tulisan di atas hanyalah sebagian kecil dari keajaiban Al Qur’an yang ada dan ternyata sesuai dengan ilmu pengetahuan modern. Bagi yang ingin tahu lebih banyak silahkan baca buku referensi di bawah.
Jelas Al Qur’an itu benar dan tak ada keraguan di dalamnya.
”Kitab Al Quran ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa” [Al Baqarah:2]
Jika agama lain bisa punya lebih dari 4 versi kitab suci yang berbeda satu dengan lainnya, maka Al Qur’an hanya ada satu dan tak ada pertentangan di dalamnya:
”Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” [An Nisaa’:82]
Al Qur’an adalah satu-satunya kitab suci yang bisa dihafal jutaan manusia (Hafidz/penghafal Al Qur’an) sehingga keaslian/kesuciannya selalu terjaga.
Silahkan baca juga:
Sumber:
Harun Yaya
Mukjizat Al Qur’an, Prof. Dr. Quraisy Syihab
BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern
Dr. Maurice Bucaille
Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science
Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi
Penerbit Bulan Bintang, 1979
Kramat Kwitang I/8 Jakarta
http://harry.sufehmi.com/archives/2006-06-15-1181/

Monday, 10 December 2012

"Kumpulan musik Instrumen motivasi Training"

Pada Postingan Kali ini, ingin berbagi dengan sobat-sobat sekalian, biasanya dalam acara training, atau motivasi atau ESQ kita sering mendengar Musik Instrumen yang serasa tenang dan menghanyutkan , Pengen Minta ke pemateri Tapi "Malu"
nah disini ada beberapa judul Musik Instrumen yang biasa digunakan dalam acara Motivasi tersebut, bisa digunakan untuk acra ESQ, Training Motivasi, Perenungan, karena memancing Otak kita menuju gelombang alpha, so.. Bisa   Langsung didownload di tempat.^_^d Selamat Mendownload.. Jangan Lupa Login ke 4shared dulu... :)

AkhirnYA..DAPAT JUGA...

1. Kitaro :

-

 

2. Depapepe :

 

4. Yiruma

Ost 1453 fetih SEMANGAT kembali dengerin ini NEW

 BeyazBayrak 
- Careslik 
6. OST 
Cradle 
7. Lain-lain
- Refleksi NEW

8. Musik (Artis)
- Broken Angel new 
- Cleopatra Stratan- Zunea Zunea Unyu2 Gan lagunya ^_^
 Shela on 7 feat Tasya Jangan Takut Gelap
 
9. White Lion NEW
Radar Love  

10. Paul CollierNEW

12.Richard Clayderman NEW
When You Tell Me That You Love Me  

13. Kevin Kern NEW

14. Vanessa Mae
The Song of Sun
15. Instrumen Panting (wedding Of banjar) 
16. Instrumental of Arabic 
17. Takanashi Yasuharu  NEW
Kaii  

18. Hadad Alwi Inspirasi
19. LAgu NASIONAL INSTRUMEN NEW
20. Motivasi Relegius NEW

21. Video Esq NEW
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...