Harganya memang terdengar mahal untuk ukuran motor sport 200 cc, Probike melepas motor ini Rp 65 juta. Beneran mahal? Tunggu dulu, kami harus bilang harga ini relatif sepadan dengan apa yang didapat. Mari dirunut fitur-fiturnya.
Dari desain dulu ya, bentuknya bukan seperti motor sport kebanyakan yang pernah mengaspal di tanah air. Yang ini berkesan kekar, liar tapi tetap punya ciri khas moge. Desainnya memang sekilas mirip dengan sang kakak 990 Super Duke R atau 690 Duke.
Sasis teralisnya sukses mengekspos mesinnya yang kekar. Lekukan bentuk tangki yang besar di depan juga membuatnya tampil lebih agresif. Bentuk knalpot yang disembunyikan di bawah sokbraker belakang juga membuat penampilannya makin simpel.
Pindah ke kaki-kaki, super kekar untuk ukuran motor 200 cc. Upside down dari WP berpadu monosok dari merek yang sama. Belum banyak motor sport 250 cc di Indonesia yang memasangkan sokbraker depan upside down, paling baru Hyosung GT250R dan Megelli 250. Sedang sok tunggal di belakang dilengkapi dengan 10 setelan preload.
Lihat peleknya yang lumayan lebar. Depan 3 inci, yang belakang 4 inci. Pelek lebar ini dipadu dengan ban gambot 110/70-17 di depan dan 150/60-17 di belakang. Ukuran ban CBR 250R aja kalah lebar nih!
Uniknya, meski brand Austria, motor ini pakai ban merek MRF mirip ban yang dipakai Bajaj Pulsar series. Ya maklum lah, pabrik perakitannya kan ada di India. Ciri lain yang masih berbau India adalah finishing di panel seputaran setang dan penggunaan kaliper Bybre, anak perusahaan Brembo.
Udah enggak sabar nih duduk di atas joknya dan pelintir selongsong gasnya! Buat rider dengan tinggi badan 165 cm pasti akan sedikit jinjit. Secara postur motor ini ideal untuk pengendara dengan tubuh 170 cm, tapi kurang dari itu masih bisa ditoleransi kok.
Bagian depan joknya yang tidak terlalu lebar dan setang flat bar-nya yang lebar membuat posisi berkendara tetap asik meski tubuh mungil. Bentuk setang flat bar-nya memang membuat tangan jadi terbuka lebar. Ada yang bilang mirip naik Byson, tapi sepertinya lebih mirip naik supermoto.
Terlebih dengan karakter suspensinya yang empuk, sasis kompak dan ban lebarnya membuat motor ini tetap lincah tapi tidak liar. Disk brake di kedua rodanya juga pakem. Kaliper tipe radial 4 piston di roda depan pun dengan mudah menghentikan motor.
Karakter oversquare-nya pun unik, tenaganya dari putaran bawah tetap terasa nikmat. Hentakannya yang responsif hanya akan berakhir ketika bar takometer di panel indikator menyentuh redline 10.500 rpm. Karakter mesin yang langsung galak dari bawah, mirip banget dengan tunggangan supermoto.
KTM memang sudah tenar sebagai produsen trail, supermotor hingga motor enduro. Malah pacuan aspalnya di balap Moto3 juga enggak kalah gahar. Nama besarnya tidak mengecewakan!
Panel indikator di atas lampu utama KTM Duke 200 ini memang tidak terlalu besar. Meski mungil sudah full digital dan pintar. Saat pertama kali putar kunci kontak ke posisi on langsung muncul tulisan "ready to race". Semua panel, mulai dari petunjuk kecepatan dan putaran mesin ditampilkan secara digital.
Info lain yang bisa didapat adalah waktu berkendara, kecepatan rata-rata, suhu mesin, konsumsi bensin rata-rata, peringatan standar samping, indikator tegangan, tekanan oli, posisi gigi, shift light dan interval waktu perawatan mesin.
Satu lagi, sama seperti mobil. Ketika bensin sudah ada di posisi E, tripmeter akan langsung menunjukan jarak yang bisa ditempuh dengan bahan bakar yang tersisa. Jadi bisa kira-kira tanpa takut kehabisan bensin. Lengkap bro!
No comments:
Post a Comment