Metode Pembelajaran Bahasa Arab
1.
Metode bercakap-cakap (Muhadasah)
Pelajaran muhadasah merupakan
pelajaran bahasa Arab yang pertama-tama diberikan. Sebab tujuan utama
pengajaran bahasa Arab adalah agar sisw mampu bercakap-cakap (berbicara) dalam
pembicaraan sehari-hari dengan berbahasa Arab dan membaca Al-Qur'an, dalam
salat dan do’a-do’a. yang disebut berbahasa itu adalah berbicara lisan.
Metode muhadasah yaitu cara menyajikan
bahan pelajaran bahasa Arab melalui percakapan, dalam percakapan itu dapat
terjadi antara guru dan murid dan antara murid dengan murid. Sambil menambah
dan terus memperkaya perbendahraan kata-kata (Vocabulary) yang semakin banyak.
Di lembaga-lembaga pesantren modern
seperti pesantren Gontor Ponorogo Jawa timur sangat menekankan metode muhadasah
ini disamping metode-metode lainnya. Anak didik mulai dari tingkat dasar telah
diharuskan bercakap-cakap dengan bahasa Arab disamping bahasa Inggis, meskipun
mula-mula arti pembicaraan belum begitu dipahami tapi lama-kelamaan sedikit
demi sedikit anak didik mulai mengerti dan memahaminya. Sehinga banyak kalangan
orang menilai sistem dan metode yang dikembangkan oleh Pesantren Gontor ini
sangat efektif dan dapat dicontoh.
Kalau diperhatikan lebih jauh, anak
kecil belajar bahasa ibunya memang dimulai dengan percakapan (berbicara) ini,
mula-mula ia ucapkan kata-kata yang dianjurkan oleh ibunya meskipun tidak
langsung ia pahami atau dimengerti, setelah agak lancar mulai ia menyusun
katakata dan akhirnya lama-kelamaan menjadi mahir dan paham berbicara yang ia
ucapkan itu. Jadi bukan tata bahasanya (Qawaid) yang pertama diajarkan tetapi
melatih percakapannya. “Sudah bisa karena biasa”, inilah metode alamiah dan
berhasil guna.
Tujuan
pengajaran muhadasah
1) Melatih lidah anak didik agar
terbiasa dan fasih bercakap-cakap (berbicara dalam bahasa Arab
2) Terampil berbicara dalam bahasa
Arab mengenai kejadian apa saja dalam masyarakat dan dunia internasional apa
yang ia ketahui
3) Mampu menerjemahkan percakapan
orang lain lewat telepon, radio, TV, tape recorder dan lain-lain
4) Menumbuhkan rasa cinta dan
menyenangi bahasa Arab dan Al-Qur'an, sehingga timbul kemauan untuk belajar dan
mendalaminya.
Metode
mengajarkan muhadasah
Ada beberapa langkah yang ditempuh
dalam mengajarkan ini, yaitu :
1) Mempersiapkan acara/materi
muhadasah dengan matang dan menetapkan topik yang akan disajikan (SP tertulis)
2) Materi muhadasah hendaklah
disesuaikan dengan taraf perkembangan dan kemampuan anak didik. Jangan
memberikan muhadasah dengan kata-kata dan kalimat-kalimat yang panjang yang
tidak dimengerti dan dipahami oleh anak didik. Mulailah dengan kata-kata dan
kalimat yang telah dikuasai oleh anak didik. Misalnya dengan memulai
memperkenalkan alat-alat tulis sekolah dan peralatan rumah tangga. Dan setelah
bahasa Arabnya maju maka meningkat kepada pembentukan dan perangkaian kata-kata
menjadi kalimat yang sempurna. Kemudian lingkup materi pembicaraan terus
semakin diperluas dan dikembangkan selalu.
3) Menggunakan alat peraga
(sebagai alat bantu) muhadasah. Sebab dengan alat peraga dapat menjelaskan
persepsi anak tentang arti dan maksud yang terkandung pada muhadasah. Disamping
itu dapat menarik perhatian anak didik dan tidak menjenuhkan. Sebagai contoh :
Guru bertanya kepada anak didik dengan memegang kitab yang ada ditangannnya :
kemudian disuruhlah salah seorang murid untuk mengeja dengan kalimat yang
sempurna, misalnya : (yang di tanganmu kitab). Dan begitulah seterusnya.
4) Guru hendaklah menjelaskan
terlebih dahulu arti kata-kata yang terkandung dalam muhadasah, dengan
menuliskannya di papan tulis. Setelah murid dianggap mengerti, guru menyuruh
murid untuk mencoba mempraktekkannya di depan kelas. Dan teman lainnya menyimak
dan memperhatikan sebelum mendapat giliran berikutnya.
5) Pada muhadasah tingkat lebih
tinggi atas, anak didiklah yang lebih banyak berperan, sedangkan guru yang menentukan
topik yang akan dimuhadasahkan. Dan setelah acara dimulai, peranan guru hanya
mengatur jalannya muhadasah, agar jalannya muhadasah tetap sportif dan berjalan
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
6) Setelah muhadasah selesai
dilakukan, guru kemudian membuka forum soal jawab dan hal-hal lain yang perlu
untuk didiskusikan mengenai muhadasah yang baru saja selesai. Jika ada hal-hal
yang masih belum dimengerti dan dipahami
oleh anak didik, maka guru mengulangi penjelasannya lagi, dan mencatatkannya di
papan tulis dan menyuruh murid untuk mencatat di buku tulisnya.
7) Penguasaan bahasa secara aktif,
itulah yang baik dan berhasil, bukan hanya penguasaan pasif. Jika bertemu orang
Arab, tak mampu murid-murid berbicara/ berkomunikasi. Alangkah janggalnya.
8) Di dalam kelas, guru harus
selalu berbicara di dalam bahasa Arab. Mustahil murid-murid akan pandai
berbahasa Arab, jika gurunya tak pernah / jarang bicara bahasa Arab.
9) Jika muhadasah akan dilanjutkan
kembali pada pertemuan berikutnya, maka guru sebaiknya, dapat menetapkan batas
dan materi yang akan disajikan berikutnya, agar siswa dapat lebih mempersiapkan
dirinya. Muhadasah adalah yang terpenting dalam pelajaran bahasa Arab.
10) Mengakhiri pertemuan
pengajaran, dengan memberi dorongan dan semangat siswa untuk lebih giat lagi.
Saran-saran
yang harus diperhatikan dalam muhadasah
1) Berani melakukan /
mempraktekkan percakapan, dengan menghilangkan perasaan malu dan takut akan
salah. Prinsip yang harus dipegangi : “Yang penting berbicara / ngomong soal
salah itu biasa, toh nanti akan baik dengan sendirinya”.
2) Rajin memperbanyak
perbendaharaan kata-kata dan kalimat secara kontinyu. Kita dapat
memperhitungkan, jika setiap hari kita dapat menghafal 10 kosakata, maka dalam
satu bulan berarti kita telah dapat menguasai kosa kata bahasa Arab sebanyak
300 kata. Nah, kalau satu tahun? Kalikan saja. Berapa jumlah kosa kata dapat
kita hafal.
3) Selalu melatih alat pendengaran
dan pengucapan, agar menjadi fasih dan lancar, sehingga secara spontan, kapan
dan dimana saja diperlukan. Caranya mengajar orang lain yang pandai, untuk
diajak bercakap-cakap dengan bahasa Arab. Atau dengan cara mendengarkan
pembicaraan orang lain, baik melalui radio-siaran radio berbahasa Arab, TV,
tape recorder, dan lain-lain
4) Terus-menerus banyak membaca
buku-buku dalam bahasa Arab. Buku-buku petunjuk mengenai percakapan bahasa
Arab, sangat membantu kemajuan percakapan bahasa Arab anda.
5) Menciptakan lingkungan dalam
suasana bahasa Arab.
6) Mencintai guru dan teman yang
pandai bahasa Arab. Jadikan mereka sebagai teman setia. Dalam saat-saat
tertentu, mereka dapat dijadikan sebagai tempat bertanya.
7) “Ajarkanlah bahasa itu, jangan hanya mengajarkan tentang bahasa itu”.
Ajar dan latihlah anak-anak berbicara bahasa Arab, jangan hanya mengajar ilmu
bahasa (Qawaid-qawaid melulu).
2. Metode Muthla’ah
(Membaca)
Metode
muthala’ah, yaitu cara menyajikan pelajaran denagn c`ara membaca, baik membaca
dengan bersuara maupun membaca dalam hati.
Melalui metode muthala’ah ini, diharapkan anak didik dapat mengucapkan
lafal kata-kata dan kalimat dalam bahasa Arab yang fasih, lancar dan benar.
Tidak sembarang membaca, akan tetapi memperhatikan tanda-tanda baca., tebal
tipisnya bacaan. Sebab, salah dalam mengucapkan tanda baca, akan berakibat
kesalahan arti yang dimaksud.
Tujuan pengajaran muthala’ah
Pengajaran muthala’ah bertujuan untuk :
1)
Melatih anak didik terampil membaca huruf Arab dan Al-Qur'an dengan
memperhatikan tanda-tanda baca, misalnya tanda baca dhammah ( ),
tanda fathah ( ), tanda kasrah ( ), sadddah ( ),
dan tanda tanwin ( ), dan
lain-lain.
2)
Dapat membedakan bacaan antara
huruf satu dengan huruf yang lainnya, dan antara kalimat bahasa Arab yang
samar, sehingga fasih lafadznya, lancar membacanya dan benar dalam
pemakaiannya, tepat bacaan.
3)
Dapat melagkan dan melantunkan
gaya bahasa Arab dan Al-Qur'an secara tepat dan menarik hati
4)
Melatih anak didik untuk dapat
membaca dan mengerti serta paham apa yang dibacanya / tidak verbalisme
5)
Agar anak didik dapat membaca,
membahas dan meneliti buku-buku agama, karya-karya ulama-ulama besar dan
pemikir (filsuf-filsuf) Islam yang umumnya karya mereka ini ditulis dalam
bahasa Arab. Di Indonesia buku semacam ini dikenal dengan istilah “Kitab
Kuning”, atau Kitab Gundul, karena ditulus dalam bahasa Arab yang tidak ada
tanda / harakatnya (tanpa tanda baca yang lengkap)
Metode pengajaran muthala’ah
1)
Apresepsi dan Pre Test
Setiap
awal pelajaran hendaklah dimulai dengan apresepsi dan pre test. Pre test yaitu
menghubungkan pelajaran yang telah diberikan, dengan pelajaran yang akan
disajikan, sehingga pengajaran menjadi kontekstual dan relevan
2)
Sebelum guru membaca buku
pelajaran yang akan dipelajari, suruhlah akan didik untuk membaca buku
bacaannya, jika ada, dan menyimak bacaan gurunya secara baik dan tertib.
Setelah selesai membaca adakanlah bersoal jawab dengan anak didik, sehingga
mengerti dan paham betul mengenai bacaan tersebut.
3)
Guru menawarkan kepada murid,
untuk mengulangi bacaan yang baru saja dibaca oleh gurunya, kemudian menunjuk
di antara yang pandai untuk membaca. Sedangkan yang lain aktif menyimak dan
memperhatikan bacan temannya itu.
4)
Setelah selesai membaca diantara
siswa yang disruh tadi, maka kemudian adakanlah diskusi dan bersoal jawab
terhadap bacaan tersebut. Apakah terdapat kekuarangan atau kesalahan. Dan kalau
terdapat kesalahan, suruhlah temannya yang lain untuk membenarkannya. Dalam hal
ini hendaknya diperhatikan juga, bahwa dalam membetulkan suatu kesalahan,
janganlah disaat-saat “kalimat” yang dibaca belum selesai. Sebab hal itu akan
dapat berakibat makna bacaan menjadi terputus, disamping dapat menghambat
konsentrasi anak didik.
5)
Dan jika acara bacaan itu terlalu
panjang, maka sebaiknya bacaan tersebut dibagi-bagi dalam bagian pendek /
terkecil, agar sederhana dan mudah dimengerti. Dan setelah bagian tertentu
dapat diselesaikan, maka dilanjutkan pada bagian yang lain, sehingga akhirnya
sampai selesai secara keseluruhan
6)
Dalam memberikan penjelasan, hendaklah
disertai dengan contoh-contoh, dan menuliskan arti kata-kata sulitnya di papan
tulis untuk dicatat oleh anak didik
7)
Pada akhir setiap pelajaran selesai, guru
jangan lupa menyiapkan kata-kata nasihat kepada anak didik agar tergugah /
terangsang untuk giat belajar dan rajin mengulangi pelajaran yang lain.
Saran-saran yang perlu
diperhatikan
1)
Bahan bacaan hendaklah disesuaikan dengan
taraf pengembangan dan kemampuan anak didik
2)
Jika dianggap perlu, upayakanlah alat peraga (media pengajaran), sebagai alat
bantu untuk memudahkan dalam memahami bacaan yang disajikan
3)
Mula-mula guru hendaklah
membacakan acara pelajaran itu dengan terang. Tidak terlalu keras hingga dapat
mengganggu ketenangan kelas lain. Dan sebaliknya tidak pula terlalu kecil /
lembek, sehingga tidak dapat didengar oleh anak didik yang duduk di belakang.
4)
Adakanlah selingan dalam bacaan,
jangan suruh anak disuruh membaca terus-menerus, sehingga dapat menyebabkan
anak didik menjadi bosan dan jenuh. Yang akhirnya dapat berakibat lebih jauh.
5)
Kesimpulan dan kata-kata sulit
dari bacaan, hendaknya dituliskan di papan tulis, untuk kemudian menyuruh anak
didik mencatatnya.
Membetulkan kesalahan dalam membaca
Kesalahan membaca dalam bahasa Arab dan Al-Qur'an akan berakibat salah
pula dalam pengertian dan makna yang terkandung di dalam bacaan. Oleh sebab
itu, perlu hati-hati dalam membacanya. Apalagi bacaan Al-Qur'an. Kesalahan
dalam membaca, dapat disebabkan antara lain sebagai berikut :
1)
Kesalahan dalam mengucapkan
kata-kata dan huruf-huruf seperti kesalahan makhrajnya. Misalnya lafadz
syim
( ), diganti dengan lafad sin ( ), dan lafadz dhat ( )
diganti dengan lafadz tha ( ), serta lafadz aain ( ) dibunyikan
dengan ghain. Dan seterusnya.
2)
Tidak mempedulikan tanda-tanda
baca Arab. Misalnya sabdu / syaddah (
), tanda Dhammah ( ), tanda
kasrah ( ), dan tanwin ( ), dan tanwin ( ).
Dan lain-lain sebagainya, sehingga kesalahan dapat berakibat fatal.
3)
Kesalahan dalam tajwidnya, yang
sebetulnya bacaannya harus ditebalkan, menjadi ditipiskan. Dari yang tadinya
harus didengungkan menjadi bacaannya tidak didengungkan. Dan dapat pula terjadi
kesalahan dalam tanda berhenti. Dalam membaca Al-Qur'an, tanda berhenti ini
dapat berakibat salah dalam pengertian, manakala tanda berhenti, tidak
diperhatikan. Jika terjadi kesalahan-kesalahan seperti tersebut diatas, maka
guru jangan memberikan kesalahan itu menjadi berlarut, sehingga menjadi
terbiasa dalam kesalahan. Misalnya seharusnya dibaca alhamdulillah hirobbli
alamin ( ).
Cara membetulkan kesalahan
Cara
membetulkan kesalahan dapat kita lakukan dengan dua cara, yaitu :
1)
Kesalahan dapat dibetulkan di
saat-saat selesai membaca dalam satu kalimat yang sempurna, setelah kemudian
dibetulkan, baru kita lanjutkan lagi pada kalimat seterusnya. Cara ini lebih
efisien dan lebih berhasil.
2)
Setelah anak didik selesai
kemudian membacakan bagian bacaan yang telah ditetapkan secara keseluruhan.
Misalnya anak didik salah membaca ditengah-tengah, maka cara membetulkannya
yakni apabila anak didik tersebut merampungkan semua bacaan itu. Hal itu
dimaksudkan agar cara bacaan tidak terputus dan tidak terpenggal, sehingga
dapat pula mengganggu konsentrasi anak didik.
3. Metode Imla’
Metode
Imla’ disebut juga metode dikte, atau metode menulis. Di mana guru membacakan
acara pelajaran, dengan menyuruh siswa untuk mendikte / menulis di buku tulis.
Dan imla’ dapat pula berlaku, dimana guru menuliskan materi pelajaran imla’ di
papan tulis, dan setelah selesai diperlihatkan kepada siswa. Maka materi imla’
tersebut kemudian dihapus, dan menyuruh siswa untuk menuliskannya kembali di
buku tulisnya.
Tujuan imla’
Adapun tujuan pengajaran imla’ ini adalah sebagai berikut :
1)
Agar anak didik dapat menuliskan
kata-kata dan kalimat dalam bahasa Arab dengan mahir dan benar
2)
Anak-anak didik bukan saja
terampil dalam membaca huruf-huruf dan kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, akan
tetapi terampil pula menuliskannya. Dengan demikian pengetahuan anak menjadi
integral. (terpadu)
3)
Melatih semua panca indera anak
didik menjadi aktif. Baik itu perhatian, pendengaran, penglihatan maupun
pengucapan terlatih dalam bahasa Arab.
4)
Menumbuhkan agar menulis Arab
dengan tulisan indah dan rapi
5)
Menguji pengetahuan murud-murid
tentang penulisan kata-kata yang telah dipelajari
6)
Memudahkan murid mengarang dalam
bahasa Arab dengan memakai gaya bahasa sendiri.
Metode mengajarkan imla
Pada dasarnya ada dua cara yang dapat dilakukan dalam pengajaran imla’
di kelas. Yakni dengan cara mengimla’kan materi pelajaran itu di papan tulis
dan murid mencatat/ menuliskannya di buku tulis. Kemudian imla’ dengan cara,
guru hanya membacakan materi pelajaran itu, kemudian murid menuliskannya di
buku tulis mereka masing-masing.
Adapun metode imla’ tersebut adalah sebagai berikut :
1)
Memberikan, persepsi terlebih
dahulu, sebelum memulai imla’. Gunanya adalah agar perhatian anak didik
terpusat kepada pelajaran yang akan dimulai.
2)
Jika imla’ dilakukan dengan cara
menuliskan materi imla’ maka langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut :
a)
Guru menuliskan materi pelajaran
di papan tulis dengan tulisan yang menarik
b)
Membacakan materi pelajaran imla’
yang telah ditulis itu secara pelan dan fasih
c)
Setelah guru membacakan imla’,
maka suruhlah di antara mereka untuk membacakan acara imla’ hingga benar dan
fasih. Jika perlu semua siswa dapat membaca imla’ tersebut
d)
Setelah selesai membaca imla’ dari
semua siswa, maka guru menyuruh mereka untuk mencatatnya di buku tulis
e)
Mengadakan soal jawab, hal-hal
yang dianggap belum dimengerti dan dipahami. Dan kemudian mengulangi sekali
lagi bacaan tersebut hingga tidak ada lagi kesalahan
f)
Menuliskan kata-kata sulit serta
ikhtisar dari materi imla’
g)
Guru menyuruh semua siswa untuk mencatat / menulis imla’
didepan papan tulis itu ke dalam buku tulis mereka masing-masing, dengan benar
dan rapi.
h)
Setelah selesai imla’, guru
mengumpulkan catatan imla’ semua anak didik untuk diperiksa atau dinilai
3)
Dan jika imla’ dilaksanakan dengan
cara : Guru membacakan materi pelajaran imla’ itu kepada siswa, maka langkah
yang ditempuh adalah sebagai berikut :
a)
Mengadakan persepsi terlebih
dahulu, agar perhatian siswa semua terpusat pada acara imla’
b)
Guru memulai mendikte acara imla’
secara terang / jelas, dan tidak terlalu cepat, apakah itu dengan cara
sebagian-sebagian atau dengan membacakan secara keseluruhan. Dan murid melalui
perhatiannya dan pendengarannya yang cermat, mencatatnya pada buku tulis mereka
masing-masing
c)
Mengumpulkan semua catatan imla’
siswa, untuk kemudian diperiksa, apakah sudah benar atau belum imla’nya
d)
Guru mengadakan soal jawab
mengenai imla’ yang baru saja dikerjakan itu, dan kemudian menyuruh salah satu
diantara siswa untuk menuliskannya di papan tulis
e)
Guru membetulkan imla’ secara
keseluruhan, dan dapat menjelaskan kembali mengenai kalimat yang belum dipahami
oleh siswa
f)
Akhirilah pengajaran dengan
memberi berbagai petunjuk dan nasihat-nasihat kepada anak didik.
4)
Mengadakan penilaian (evaluasi),
atau post test, mengenai materi imla’, apakah tujuannya telah mengenai sasaran
atau belum, jika belum, maka perlu diulang dan perbaikan-perbaikan
Saran-saran dalam imla’
1)
Jika imla’ dengan cara menuliskan
di papan tulis, maka tulisan hendaknya rapi dan terang, yang dapat dibaca oleh
semua anak didik. Dan kalau imla’ dilakukan dengan cara guru membacakan, maka
hendaknya bacaan imla’ dibacakan dengan suara yang lantang (terang), jangan
terlalu lembek sehingga tidak didengar murid yang duduk di belakang. Jadi bacakanlah
acara pelajaran imla’ tersebut dengan tenang tidak tergesa-gesa.
2)
Guru janganlah memulai acara
imla’, jika suasana kelas belum ditertibkan, sehingga siswa benar-benar dalam
keadaan siap menerima imla’ yang akan disajikan.
3)
Mulailah acara imla’ jika siswa
telah dalam keadaan siap, bacakanlah secara terang dan pelan.
4)
Adakanlah soal jawab dan diskusi
mengenai materi imla’ tersebut kepada siswa dan mejelaskan maksud dari padanya.
5)
Mengadakan evaluasi / post test.
4. Metode Insya’ (mengarang)
Metode
insya’ yaitu cara menyajikan bahan pelajaran dengan menyuruh siswa mengarang
dalam bahasa Arab. Untuk mengungkapkan isi hati, pikiran dan pengalaman yang
dimilikinya.
Melalui metode ini diharapkan siswa dapat mengembangkan daya imajinasi
secara kreatif dan produktif sehingga berpikirnya menjadi berkembang dan tidak
statis.
Tujuan pembelajaran insya’
1)
Siswa dapat mengarang
kalimat-kalimat sederhana dalam bahasa Arab.
2)
Siswa terampil dalam mengemukakan
buah pikirannya, melalui karya tulis berupa karangan lisan
3)
Siswa mampu berkomunikasi melalui
koresponden dalam bahasa Arab
4)
Siswa dapat mengarang buku-buku
cerita yang menarik
5)
Siswa dapat menyajikan berita/
peristiwa kejadian dalam lingkungan masyarakat dan dunia Islam melalui karya
yang berbentuk cerita (cerpen), tajuk rencana, artikel dan karya ilmiah
lainnya, yang aktual dan merangsang.
Metode mengajarkan insya’
1)
Materi pelajaran hendaknya
disesuaikan dengan kemampuan anak didik dan perkembangan berpikir serta usia
mereka
2)
Pada kelas-kelas dasar pelajaran
insya’ dapat diberikan mengenai pembentukan kata-kata atau kalimat yang telah
diketahui (dikuasai) anak didik menjadi kalimat yang sederhana
3)
Sedangkan pada kelas-kelas atas,
maka pengajaran insya’ dapat ditingkatkan pada pembentukan kalimat yang telah
sempurna, yang telah mengandung pengertian yang utuh
4)
Sedangkan pada kelas / tingkat
yang lebih tinggi, maka materi insya’ sudah terikat lagi dengan
ketentuan-ketentuan yang mungkin bersifat terikat. Akan tetapi guru hanya
menentukan topik / tema karangan atau insya’. Apakah mengenai cerita-cerita
hikmah tertentu, syair, puisi atau berupa karya ilmiah lainnya. Dan siswa
mengembangkannya
5)
Setelah insya’ dikerjakan anak
didik, maka guru hendaknya mengadakan soal jawab, dan berdiskusi mengenai hasil
karya mereka untuk saling bertukar pendapat dan saling melengkapi
6)
Guru membetulkan insya’, dengan
memberikan berbagai keterangan dan penjelasan kepada anak didik
7)
Guru mencatat dan melengkapi
karyanya itu atas dasar keterangan gunanya
8)
Guru mengakhiri acara insya’
dengan memberikan berbagai petunjuk atau nasehat yang berguna bagi anak didik
Saran-saran yang perlu diperhatikan
1)
Guru hendaknya merencanakan
pengajaran insya’ secata matang
2)
Dalam memilih topik insya’ maka
perkembangan dan kemampuan anak didik perlu dipertimbangkan secara psikologis
3)
Pada umumnya tugas resitasi
(pekerjaan rumah), sangat membantu dan mendorong anak didik untuk aktif belajar
dan terlatih dalam insya’. Asalkan tidak terlalu sering dilakukan.
5. Metode Mahfudzat
(Menghafal)
Metode mahfudzat atau menghafal, yakni cara menyajikan materi pelajaran
bahasa Arab, dengan jalan menyuruh siswa untuk menghafal kalimat-kalimat berupa
syair, cerita, kata-kata hikmh, dan lain-lain yang menarik hati.
Pada umumnya pelajaran menghafal syair-syair, kata-kata hikmah dalam
bahasa Arab, sangat digemari oleh anak didik. Terutama pada tingkat Ibtidaiyah
dan Tsanawiyah. Apalagi materi mahfudzat menarik dan menyentuh perasaan anak
didik. Di bawah ini satu contoh materi mahfudzat yang menarik :
“Yang dikatakan pemuda ialah yang berkata : Inilah aku, bukanlah
seorang pemuda kala ia berkata Bapakku Si Anu”
Demikian pula pada syair yang berbunyi :
“Suatu bangsa itu tetap hidup selama akhlaknya tetap baik, bila akhlak
mereka rusak, maka sirnalah bangsa itu” (Syair karya : Syauqi)
Tujuan materi mahfudzat
1)
Mengembangkan daya fantasi anak
didik, serta melatih daya ingatan
2)
Memperkaya perbendaharaan kata dan
percakapan
3)
Mempermudah siswa dalam
mempelajari sastra Arab, dan uslub-uslub gaya bahasa yang menarik hari, sebab
telah terbiasa menghafal bait-bait yang panjang
4)
Mendidik jiwa kesatria dan
menanamkan budi luhur
5)
Melatih anak didik agar baik
ucapannya, indah perkataannya, menarik hari pendengar-pendengarnya
6)
Melatih jiwa dan mental yang
disiplin
Metode mengajarkan mahfudzat
1)
Mengadakan apersepsi dan atau pre
test
2)
Materi pelajaran mahfudzat harus
disesuaikan dengan taraf kemampuan dan perkembangan anak didik
3)
Materi mahfudzat menarik hati dan
dapat mendorong semangat dedikasi yang tinggi
4)
Pada kelas-kelas dasar, materi
mahfudzat dipilih kalimatnya yang tidak terlalu panjang. Pada kelas-kelas yang
sudah maju dapat diberikan cerita-cerita menarik, syair-syair yang indah, dan
kata-kata hikmah yang dapat menggugah jiwa dan semangat anak didik
5)
Menuliskan materi mahfudzat di
papan tulis denagn tulisan yang indah dan menarik. Dan membacanya bersama-sama
agar hafalan benar-benar membekas
6)
Sering-sering melakukan ulangan
hafalan
Teknik menghafal mahfudzat
1)
Guru membacakan teks mahfudzat,
setelah lebih dahulu dituliskan di papan tulis, kemudian diikuti oleh semua
siswa bersama-sama, hingga hafal di luar kepala. Kemudian guru menguji
masing-masing siswa tentang hafalannya di depan kelas dengan fasih. Dan setelah
semua mendapatkan giliran, baru murid disuruh menyalinnya di buku tulis.
2)
Membacakan mahfudzat sekaligus
secara keseluruhan tanpa dibagi-bagi dalam potongan yang kecil. Kemudian dibaca
berkali-kali sampai hafal betul
3)
Kebalikan dari point 2 : yaitu
dengan cara membagi dalam bagian yang kecil materi mahfudzat dan dihafal,
setelah hafal betul bagian pertama, berpindah ke bagian yang lain, dan
seterusnya hingga semuanya hafal di luar kepala.
6. Metode Qawa’id (Nahwu
Saraf)
Pada umumnya banyak orang Islam menyangka bahwa bahasa Arab itu
disamakan dengan nahwu saraf, lalu mereka membayangkan bahwa kalau begitu
belajar bahasa Arab itu sukar, sulit dan memusingkan otak.
Kesan bahwa bahasa Arab itu sukar, sulit dan memusingkan kepala adalah
banyak disebabkan dari kesalahan metode dalam mengajar. Sistem dan metode
pengajaran lama, terlalu menitikberatkan dan mengutamakan nahwu saraf dari pada
Ta’bir (percakapan), Mutala’ah (membaca), dan Imla’ (menulis). Sehingga seolah-olah menyamakan bahasa Arab
itu dengan nahwu saraf itu sendiri. Dalam arti kata, jika seseorang telah
mengetahui tata bahasa Arab, maka dengan sendirinya menguasai bahasa Arab.
Padahal nahwu saraf itu baru merupakan satu bagian dari bahasa Arab, yang tidak
mesti perlu dianggap sulit, apalagi ditakuti.
Prinsip mengajarkan bahasa Arab hendaknya tidak menyulitkan. Akan tetapi
buatlah anak-anak senang berbahasa Arab, jangan menyulitkan mereka.
“Mudahkanlah, dan jangan disulitkan mereka”
Kalu dalam bahasa Indonesia Qawaid/ nahwu saraf itu searti dengan “Tata
Bahasa”, dan “Grammar” dalam bahasa Inggris. Oleh karena itu, agak aneh kalau
pengajaran bahasa Arab ini mendahulukan saraf/qawaid daripada muhadasah,
muthala’ah, imla’, yang seharusnya dapat diajarkan sambil lalu
Metode mengajarkan nahwu saraf (Qawaid)
1)
Guru hendaknya banyak memberikan
contoh-contoh dari materi yang dibahas, agar pengajaran tidak membosankan, dan
dapat memudahkan pengertian anak didik
2)
Pada contoh-contoh yang diberikan
itu, hendaklah ditulis di papan tulis, dan menjelaskan maksud dan pengertiannya
3)
Pada saat guru menjelaskan maksud
dan pengertian materi pelajaran nahwu saraf, pengertian siswa penuh terpusat
kepada materi
No comments:
Post a Comment