Luruskan niat sempurnakan ikhtiar akhiri dengan tawakal.

Saturday, 1 September 2012

Metode Pembelajaran Bahasa Arab


1.      Metode bercakap-cakap (Muhadasah)
Pelajaran muhadasah merupakan pelajaran bahasa Arab yang pertama-tama diberikan. Sebab tujuan utama pengajaran bahasa Arab adalah agar sisw mampu bercakap-cakap (berbicara) dalam pembicaraan sehari-hari dengan berbahasa Arab dan membaca Al-Qur'an, dalam salat dan do’a-do’a. yang disebut berbahasa itu adalah berbicara lisan.
Metode muhadasah yaitu cara menyajikan bahan pelajaran bahasa Arab melalui percakapan, dalam percakapan itu dapat terjadi antara guru dan murid dan antara murid dengan murid. Sambil menambah dan terus memperkaya perbendahraan kata-kata (Vocabulary) yang semakin banyak.
Di lembaga-lembaga pesantren modern seperti pesantren Gontor Ponorogo Jawa timur sangat menekankan metode muhadasah ini disamping metode-metode lainnya. Anak didik mulai dari tingkat dasar telah diharuskan bercakap-cakap dengan bahasa Arab disamping bahasa Inggis, meskipun mula-mula arti pembicaraan belum begitu dipahami tapi lama-kelamaan sedikit demi sedikit anak didik mulai mengerti dan memahaminya. Sehinga banyak kalangan orang menilai sistem dan metode yang dikembangkan oleh Pesantren Gontor ini sangat efektif dan dapat dicontoh.
Kalau diperhatikan lebih jauh, anak kecil belajar bahasa ibunya memang dimulai dengan percakapan (berbicara) ini, mula-mula ia ucapkan kata-kata yang dianjurkan oleh ibunya meskipun tidak langsung ia pahami atau dimengerti, setelah agak lancar mulai ia menyusun katakata dan akhirnya lama-kelamaan menjadi mahir dan paham berbicara yang ia ucapkan itu. Jadi bukan tata bahasanya (Qawaid) yang pertama diajarkan tetapi melatih percakapannya. “Sudah bisa karena biasa”, inilah metode alamiah dan berhasil guna.
Tujuan pengajaran muhadasah
1)      Melatih lidah anak didik agar terbiasa dan fasih bercakap-cakap (berbicara dalam bahasa Arab
2)      Terampil berbicara dalam bahasa Arab mengenai kejadian apa saja dalam masyarakat dan dunia internasional apa yang ia ketahui
3)      Mampu menerjemahkan percakapan orang lain lewat telepon, radio, TV, tape recorder dan lain-lain
4)      Menumbuhkan rasa cinta dan menyenangi bahasa Arab dan Al-Qur'an, sehingga timbul kemauan untuk belajar dan mendalaminya.
Metode mengajarkan muhadasah
Ada beberapa langkah yang ditempuh dalam mengajarkan ini, yaitu :
1)      Mempersiapkan acara/materi muhadasah dengan matang dan menetapkan topik yang akan disajikan (SP tertulis)
2)      Materi muhadasah hendaklah disesuaikan dengan taraf perkembangan dan kemampuan anak didik. Jangan memberikan muhadasah dengan kata-kata dan kalimat-kalimat yang panjang yang tidak dimengerti dan dipahami oleh anak didik. Mulailah dengan kata-kata dan kalimat yang telah dikuasai oleh anak didik. Misalnya dengan memulai memperkenalkan alat-alat tulis sekolah dan peralatan rumah tangga. Dan setelah bahasa Arabnya maju maka meningkat kepada pembentukan dan perangkaian kata-kata menjadi kalimat yang sempurna. Kemudian lingkup materi pembicaraan terus semakin diperluas dan dikembangkan selalu.
3)      Menggunakan alat peraga (sebagai alat bantu) muhadasah. Sebab dengan alat peraga dapat menjelaskan persepsi anak tentang arti dan maksud yang terkandung pada muhadasah. Disamping itu dapat menarik perhatian anak didik dan tidak menjenuhkan. Sebagai contoh : Guru bertanya kepada anak didik dengan memegang kitab yang ada ditangannnya : kemudian disuruhlah salah seorang murid untuk mengeja dengan kalimat yang sempurna, misalnya : (yang di tanganmu kitab). Dan begitulah seterusnya.
4)      Guru hendaklah menjelaskan terlebih dahulu arti kata-kata yang terkandung dalam muhadasah, dengan menuliskannya di papan tulis. Setelah murid dianggap mengerti, guru menyuruh murid untuk mencoba mempraktekkannya di depan kelas. Dan teman lainnya menyimak dan memperhatikan sebelum mendapat giliran berikutnya.
5)      Pada muhadasah tingkat lebih tinggi atas, anak didiklah yang lebih banyak berperan, sedangkan guru yang menentukan topik yang akan dimuhadasahkan. Dan setelah acara dimulai, peranan guru hanya mengatur jalannya muhadasah, agar jalannya muhadasah tetap sportif dan berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
6)      Setelah muhadasah selesai dilakukan, guru kemudian membuka forum soal jawab dan hal-hal lain yang perlu untuk didiskusikan mengenai muhadasah yang baru saja selesai. Jika ada hal-hal yang  masih belum dimengerti dan dipahami oleh anak didik, maka guru mengulangi penjelasannya lagi, dan mencatatkannya di papan tulis dan menyuruh murid untuk mencatat di buku tulisnya.
7)      Penguasaan bahasa secara aktif, itulah yang baik dan berhasil, bukan hanya penguasaan pasif. Jika bertemu orang Arab, tak mampu murid-murid berbicara/ berkomunikasi. Alangkah janggalnya.
8)      Di dalam kelas, guru harus selalu berbicara di dalam bahasa Arab. Mustahil murid-murid akan pandai berbahasa Arab, jika gurunya tak pernah / jarang bicara bahasa Arab.
9)      Jika muhadasah akan dilanjutkan kembali pada pertemuan berikutnya, maka guru sebaiknya, dapat menetapkan batas dan materi yang akan disajikan berikutnya, agar siswa dapat lebih mempersiapkan dirinya. Muhadasah adalah yang terpenting dalam pelajaran bahasa Arab.
10)  Mengakhiri pertemuan pengajaran, dengan memberi dorongan dan semangat siswa untuk lebih giat lagi.
Saran-saran yang harus diperhatikan dalam muhadasah
1)      Berani melakukan / mempraktekkan percakapan, dengan menghilangkan perasaan malu dan takut akan salah. Prinsip yang harus dipegangi : “Yang penting berbicara / ngomong soal salah itu biasa, toh nanti akan baik dengan sendirinya”.
2)      Rajin memperbanyak perbendaharaan kata-kata dan kalimat secara kontinyu. Kita dapat memperhitungkan, jika setiap hari kita dapat menghafal 10 kosakata, maka dalam satu bulan berarti kita telah dapat menguasai kosa kata bahasa Arab sebanyak 300 kata. Nah, kalau satu tahun? Kalikan saja. Berapa jumlah kosa kata dapat kita hafal.
3)      Selalu melatih alat pendengaran dan pengucapan, agar menjadi fasih dan lancar, sehingga secara spontan, kapan dan dimana saja diperlukan. Caranya mengajar orang lain yang pandai, untuk diajak bercakap-cakap dengan bahasa Arab. Atau dengan cara mendengarkan pembicaraan orang lain, baik melalui radio-siaran radio berbahasa Arab, TV, tape recorder, dan lain-lain
4)      Terus-menerus banyak membaca buku-buku dalam bahasa Arab. Buku-buku petunjuk mengenai percakapan bahasa Arab, sangat membantu kemajuan percakapan bahasa Arab anda.
5)      Menciptakan lingkungan dalam suasana bahasa Arab.
6)      Mencintai guru dan teman yang pandai bahasa Arab. Jadikan mereka sebagai teman setia. Dalam saat-saat tertentu, mereka dapat dijadikan sebagai tempat bertanya.
7)      Ajarkanlah bahasa itu, jangan hanya mengajarkan tentang bahasa itu”. Ajar dan latihlah anak-anak berbicara bahasa Arab, jangan hanya mengajar ilmu bahasa (Qawaid-qawaid melulu).
2.      Metode Muthla’ah (Membaca)
Metode muthala’ah, yaitu cara menyajikan pelajaran denagn c`ara membaca, baik membaca dengan bersuara maupun membaca dalam hati.
Melalui metode muthala’ah ini, diharapkan anak didik dapat mengucapkan lafal kata-kata dan kalimat dalam bahasa Arab yang fasih, lancar dan benar. Tidak sembarang membaca, akan tetapi memperhatikan tanda-tanda baca., tebal tipisnya bacaan. Sebab, salah dalam mengucapkan tanda baca, akan berakibat kesalahan arti yang dimaksud.

Tujuan pengajaran muthala’ah

Pengajaran muthala’ah bertujuan untuk :
1) Melatih anak didik terampil membaca huruf Arab dan Al-Qur'an dengan memperhatikan tanda-tanda baca, misalnya tanda baca dhammah (       ), tanda fathah (          ), tanda kasrah (        ), sadddah (       ), dan tanda tanwin (         ), dan lain-lain.
2)      Dapat membedakan bacaan antara huruf satu dengan huruf yang lainnya, dan antara kalimat bahasa Arab yang samar, sehingga fasih lafadznya, lancar membacanya dan benar dalam pemakaiannya, tepat bacaan.
3)      Dapat melagkan dan melantunkan gaya bahasa Arab dan Al-Qur'an secara tepat dan menarik hati
4)      Melatih anak didik untuk dapat membaca dan mengerti serta paham apa yang dibacanya / tidak verbalisme
5)      Agar anak didik dapat membaca, membahas dan meneliti buku-buku agama, karya-karya ulama-ulama besar dan pemikir (filsuf-filsuf) Islam yang umumnya karya mereka ini ditulis dalam bahasa Arab. Di Indonesia buku semacam ini dikenal dengan istilah “Kitab Kuning”, atau Kitab Gundul, karena ditulus dalam bahasa Arab yang tidak ada tanda / harakatnya (tanpa tanda baca yang lengkap)

Metode pengajaran muthala’ah

1)      Apresepsi dan Pre Test
Setiap awal pelajaran hendaklah dimulai dengan apresepsi dan pre test. Pre test yaitu menghubungkan pelajaran yang telah diberikan, dengan pelajaran yang akan disajikan, sehingga pengajaran menjadi kontekstual dan relevan
2)      Sebelum guru membaca buku pelajaran yang akan dipelajari, suruhlah akan didik untuk membaca buku bacaannya, jika ada, dan menyimak bacaan gurunya secara baik dan tertib. Setelah selesai membaca adakanlah bersoal jawab dengan anak didik, sehingga mengerti dan paham betul mengenai bacaan tersebut.
3)      Guru menawarkan kepada murid, untuk mengulangi bacaan yang baru saja dibaca oleh gurunya, kemudian menunjuk di antara yang pandai untuk membaca. Sedangkan yang lain aktif menyimak dan memperhatikan bacan temannya itu.
4)      Setelah selesai membaca diantara siswa yang disruh tadi, maka kemudian adakanlah diskusi dan bersoal jawab terhadap bacaan tersebut. Apakah terdapat kekuarangan atau kesalahan. Dan kalau terdapat kesalahan, suruhlah temannya yang lain untuk membenarkannya. Dalam hal ini hendaknya diperhatikan juga, bahwa dalam membetulkan suatu kesalahan, janganlah disaat-saat “kalimat” yang dibaca belum selesai. Sebab hal itu akan dapat berakibat makna bacaan menjadi terputus, disamping dapat menghambat konsentrasi anak didik.
5)      Dan jika acara bacaan itu terlalu panjang, maka sebaiknya bacaan tersebut dibagi-bagi dalam bagian pendek / terkecil, agar sederhana dan mudah dimengerti. Dan setelah bagian tertentu dapat diselesaikan, maka dilanjutkan pada bagian yang lain, sehingga akhirnya sampai selesai secara keseluruhan
6)      Dalam memberikan penjelasan, hendaklah disertai dengan contoh-contoh, dan menuliskan arti kata-kata sulitnya di papan tulis untuk dicatat oleh anak didik
7)      Pada akhir setiap pelajaran selesai, guru jangan lupa menyiapkan kata-kata nasihat kepada anak didik agar tergugah / terangsang untuk giat belajar dan rajin mengulangi pelajaran yang lain.
Saran-saran yang perlu diperhatikan
1)       Bahan bacaan hendaklah disesuaikan dengan taraf pengembangan dan kemampuan anak didik
2) Jika dianggap perlu, upayakanlah alat peraga (media pengajaran), sebagai alat bantu untuk memudahkan dalam memahami bacaan yang disajikan
3)      Mula-mula guru hendaklah membacakan acara pelajaran itu dengan terang. Tidak terlalu keras hingga dapat mengganggu ketenangan kelas lain. Dan sebaliknya tidak pula terlalu kecil / lembek, sehingga tidak dapat didengar oleh anak didik yang duduk di belakang.
4)      Adakanlah selingan dalam bacaan, jangan suruh anak disuruh membaca terus-menerus, sehingga dapat menyebabkan anak didik menjadi bosan dan jenuh. Yang akhirnya dapat berakibat lebih jauh.
5)      Kesimpulan dan kata-kata sulit dari bacaan, hendaknya dituliskan di papan tulis, untuk kemudian menyuruh anak didik mencatatnya.

Membetulkan kesalahan dalam membaca

Kesalahan membaca dalam bahasa Arab dan Al-Qur'an akan berakibat salah pula dalam pengertian dan makna yang terkandung di dalam bacaan. Oleh sebab itu, perlu hati-hati dalam membacanya. Apalagi bacaan Al-Qur'an. Kesalahan dalam membaca, dapat disebabkan antara lain sebagai berikut :
1)      Kesalahan dalam mengucapkan kata-kata dan huruf-huruf seperti kesalahan makhrajnya. Misalnya lafadz syim (     ), diganti dengan lafad sin (     ), dan lafadz dhat (     ) diganti dengan lafadz tha (    ), serta lafadz aain (    ) dibunyikan dengan ghain. Dan seterusnya.
2)      Tidak mempedulikan tanda-tanda baca Arab. Misalnya sabdu / syaddah (    ), tanda Dhammah (    ), tanda kasrah (    ), dan tanwin (     ), dan tanwin (      ). Dan lain-lain sebagainya, sehingga kesalahan dapat berakibat fatal.
3)      Kesalahan dalam tajwidnya, yang sebetulnya bacaannya harus ditebalkan, menjadi ditipiskan. Dari yang tadinya harus didengungkan menjadi bacaannya tidak didengungkan. Dan dapat pula terjadi kesalahan dalam tanda berhenti. Dalam membaca Al-Qur'an, tanda berhenti ini dapat berakibat salah dalam pengertian, manakala tanda berhenti, tidak diperhatikan. Jika terjadi kesalahan-kesalahan seperti tersebut diatas, maka guru jangan memberikan kesalahan itu menjadi berlarut, sehingga menjadi terbiasa dalam kesalahan. Misalnya seharusnya dibaca alhamdulillah hirobbli alamin (                            ).

Cara membetulkan kesalahan

Cara membetulkan kesalahan dapat kita lakukan dengan dua cara, yaitu :
1)      Kesalahan dapat dibetulkan di saat-saat selesai membaca dalam satu kalimat yang sempurna, setelah kemudian dibetulkan, baru kita lanjutkan lagi pada kalimat seterusnya. Cara ini lebih efisien dan lebih berhasil.
2)      Setelah anak didik selesai kemudian membacakan bagian bacaan yang telah ditetapkan secara keseluruhan. Misalnya anak didik salah membaca ditengah-tengah, maka cara membetulkannya yakni apabila anak didik tersebut merampungkan semua bacaan itu. Hal itu dimaksudkan agar cara bacaan tidak terputus dan tidak terpenggal, sehingga dapat pula mengganggu konsentrasi anak didik.
3.      Metode Imla’
Metode Imla’ disebut juga metode dikte, atau metode menulis. Di mana guru membacakan acara pelajaran, dengan menyuruh siswa untuk mendikte / menulis di buku tulis. Dan imla’ dapat pula berlaku, dimana guru menuliskan materi pelajaran imla’ di papan tulis, dan setelah selesai diperlihatkan kepada siswa. Maka materi imla’ tersebut kemudian dihapus, dan menyuruh siswa untuk menuliskannya kembali di buku tulisnya.

Tujuan imla’

Adapun tujuan pengajaran imla’ ini adalah sebagai berikut :
1)       Agar anak didik dapat menuliskan kata-kata dan kalimat dalam bahasa Arab dengan mahir dan benar
2)       Anak-anak didik bukan saja terampil dalam membaca huruf-huruf dan kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, akan tetapi terampil pula menuliskannya. Dengan demikian pengetahuan anak menjadi integral. (terpadu)
3)       Melatih semua panca indera anak didik menjadi aktif. Baik itu perhatian, pendengaran, penglihatan maupun pengucapan terlatih dalam bahasa Arab.
4)       Menumbuhkan agar menulis Arab dengan tulisan indah dan rapi
5)       Menguji pengetahuan murud-murid tentang penulisan kata-kata yang telah dipelajari
6)       Memudahkan murid mengarang dalam bahasa Arab dengan memakai gaya bahasa sendiri.

Metode mengajarkan imla

Pada dasarnya ada dua cara yang dapat dilakukan dalam pengajaran imla’ di kelas. Yakni dengan cara mengimla’kan materi pelajaran itu di papan tulis dan murid mencatat/ menuliskannya di buku tulis. Kemudian imla’ dengan cara, guru hanya membacakan materi pelajaran itu, kemudian murid menuliskannya di buku tulis mereka masing-masing.
Adapun metode imla’ tersebut adalah sebagai berikut :
1)      Memberikan, persepsi terlebih dahulu, sebelum memulai imla’. Gunanya adalah agar perhatian anak didik terpusat kepada pelajaran yang akan dimulai.
2)      Jika imla’ dilakukan dengan cara menuliskan materi imla’ maka langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut :
a)      Guru menuliskan materi pelajaran di papan tulis dengan tulisan yang menarik
b)      Membacakan materi pelajaran imla’ yang telah ditulis itu secara pelan dan fasih
c)      Setelah guru membacakan imla’, maka suruhlah di antara mereka untuk membacakan acara imla’ hingga benar dan fasih. Jika perlu semua siswa dapat membaca imla’ tersebut
d)     Setelah selesai membaca imla’ dari semua siswa, maka guru menyuruh mereka untuk mencatatnya di buku tulis
e)      Mengadakan soal jawab, hal-hal yang dianggap belum dimengerti dan dipahami. Dan kemudian mengulangi sekali lagi bacaan tersebut hingga tidak ada lagi kesalahan
f)       Menuliskan kata-kata sulit serta ikhtisar dari materi imla’
g)      Guru menyuruh  semua siswa untuk mencatat / menulis imla’ didepan papan tulis itu ke dalam buku tulis mereka masing-masing, dengan benar dan rapi.
h)      Setelah selesai imla’, guru mengumpulkan catatan imla’ semua anak didik untuk diperiksa atau dinilai
3)      Dan jika imla’ dilaksanakan dengan cara : Guru membacakan materi pelajaran imla’ itu kepada siswa, maka langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut :
a)      Mengadakan persepsi terlebih dahulu, agar perhatian siswa semua terpusat pada acara imla’
b)      Guru memulai mendikte acara imla’ secara terang / jelas, dan tidak terlalu cepat, apakah itu dengan cara sebagian-sebagian atau dengan membacakan secara keseluruhan. Dan murid melalui perhatiannya dan pendengarannya yang cermat, mencatatnya pada buku tulis mereka masing-masing
c)      Mengumpulkan semua catatan imla’ siswa, untuk kemudian diperiksa, apakah sudah benar atau belum imla’nya
d)     Guru mengadakan soal jawab mengenai imla’ yang baru saja dikerjakan itu, dan kemudian menyuruh salah satu diantara siswa untuk menuliskannya di papan tulis
e)      Guru membetulkan imla’ secara keseluruhan, dan dapat menjelaskan kembali mengenai kalimat yang belum dipahami oleh siswa
f)       Akhirilah pengajaran dengan memberi berbagai petunjuk dan nasihat-nasihat kepada anak didik.
4)      Mengadakan penilaian (evaluasi), atau post test, mengenai materi imla’, apakah tujuannya telah mengenai sasaran atau belum, jika belum, maka perlu diulang dan perbaikan-perbaikan

Saran-saran dalam imla’

1)      Jika imla’ dengan cara menuliskan di papan tulis, maka tulisan hendaknya rapi dan terang, yang dapat dibaca oleh semua anak didik. Dan kalau imla’ dilakukan dengan cara guru membacakan, maka hendaknya bacaan imla’ dibacakan dengan suara yang lantang (terang), jangan terlalu lembek sehingga tidak didengar murid yang duduk di belakang. Jadi bacakanlah acara pelajaran imla’ tersebut dengan tenang tidak tergesa-gesa.
2)      Guru janganlah memulai acara imla’, jika suasana kelas belum ditertibkan, sehingga siswa benar-benar dalam keadaan siap menerima imla’ yang akan disajikan.
3)      Mulailah acara imla’ jika siswa telah dalam keadaan siap, bacakanlah secara terang dan pelan.
4)      Adakanlah soal jawab dan diskusi mengenai materi imla’ tersebut kepada siswa dan mejelaskan maksud dari padanya.
5)      Mengadakan evaluasi / post test.
4.      Metode Insya’ (mengarang)
Metode insya’ yaitu cara menyajikan bahan pelajaran dengan menyuruh siswa mengarang dalam bahasa Arab. Untuk mengungkapkan isi hati, pikiran dan pengalaman yang dimilikinya.
Melalui metode ini diharapkan siswa dapat mengembangkan daya imajinasi secara kreatif dan produktif sehingga berpikirnya menjadi berkembang dan tidak statis.

Tujuan pembelajaran insya’

1)      Siswa dapat mengarang kalimat-kalimat sederhana dalam bahasa Arab.
2)      Siswa terampil dalam mengemukakan buah pikirannya, melalui karya tulis berupa karangan lisan
3)      Siswa mampu berkomunikasi melalui koresponden dalam bahasa Arab
4)      Siswa dapat mengarang buku-buku cerita yang menarik
5)      Siswa dapat menyajikan berita/ peristiwa kejadian dalam lingkungan masyarakat dan dunia Islam melalui karya yang berbentuk cerita (cerpen), tajuk rencana, artikel dan karya ilmiah lainnya, yang aktual dan merangsang.

Metode mengajarkan insya’

1)        Materi pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kemampuan anak didik dan perkembangan berpikir serta usia mereka
2)        Pada kelas-kelas dasar pelajaran insya’ dapat diberikan mengenai pembentukan kata-kata atau kalimat yang telah diketahui (dikuasai) anak didik menjadi kalimat yang sederhana
3)        Sedangkan pada kelas-kelas atas, maka pengajaran insya’ dapat ditingkatkan pada pembentukan kalimat yang telah sempurna, yang telah mengandung pengertian yang utuh
4)        Sedangkan pada kelas / tingkat yang lebih tinggi, maka materi insya’ sudah terikat lagi dengan ketentuan-ketentuan yang mungkin bersifat terikat. Akan tetapi guru hanya menentukan topik / tema karangan atau insya’. Apakah mengenai cerita-cerita hikmah tertentu, syair, puisi atau berupa karya ilmiah lainnya. Dan siswa mengembangkannya
5)        Setelah insya’ dikerjakan anak didik, maka guru hendaknya mengadakan soal jawab, dan berdiskusi mengenai hasil karya mereka untuk saling bertukar pendapat dan saling melengkapi
6)        Guru membetulkan insya’, dengan memberikan berbagai keterangan dan penjelasan kepada anak didik
7)        Guru mencatat dan melengkapi karyanya itu atas dasar keterangan gunanya
8)        Guru mengakhiri acara insya’ dengan memberikan berbagai petunjuk atau nasehat yang berguna bagi anak didik

Saran-saran yang perlu diperhatikan

1)      Guru hendaknya merencanakan pengajaran insya’ secata matang
2)      Dalam memilih topik insya’ maka perkembangan dan kemampuan anak didik perlu dipertimbangkan secara psikologis
3)      Pada umumnya tugas resitasi (pekerjaan rumah), sangat membantu dan mendorong anak didik untuk aktif belajar dan terlatih dalam insya’. Asalkan tidak terlalu sering dilakukan.
5.      Metode Mahfudzat (Menghafal)
Metode mahfudzat atau menghafal, yakni cara menyajikan materi pelajaran bahasa Arab, dengan jalan menyuruh siswa untuk menghafal kalimat-kalimat berupa syair, cerita, kata-kata hikmh, dan lain-lain yang menarik hati.
Pada umumnya pelajaran menghafal syair-syair, kata-kata hikmah dalam bahasa Arab, sangat digemari oleh anak didik. Terutama pada tingkat Ibtidaiyah dan Tsanawiyah. Apalagi materi mahfudzat menarik dan menyentuh perasaan anak didik. Di bawah ini satu contoh materi mahfudzat yang menarik :
“Yang dikatakan pemuda ialah yang berkata : Inilah aku, bukanlah seorang pemuda kala ia berkata Bapakku Si Anu”
Demikian pula pada syair yang berbunyi :
“Suatu bangsa itu tetap hidup selama akhlaknya tetap baik, bila akhlak mereka rusak, maka sirnalah bangsa itu” (Syair karya : Syauqi)
Tujuan materi mahfudzat
1)      Mengembangkan daya fantasi anak didik, serta melatih daya ingatan
2)      Memperkaya perbendaharaan kata dan percakapan
3)      Mempermudah siswa dalam mempelajari sastra Arab, dan uslub-uslub gaya bahasa yang menarik hari, sebab telah terbiasa menghafal bait-bait yang panjang
4)      Mendidik jiwa kesatria dan menanamkan budi luhur
5)      Melatih anak didik agar baik ucapannya, indah perkataannya, menarik hari pendengar-pendengarnya
6)      Melatih jiwa dan mental yang disiplin
Metode mengajarkan mahfudzat
1)      Mengadakan apersepsi dan atau pre test
2)      Materi pelajaran mahfudzat harus disesuaikan dengan taraf kemampuan dan perkembangan anak didik
3)      Materi mahfudzat menarik hati dan dapat mendorong semangat dedikasi yang tinggi
4)      Pada kelas-kelas dasar, materi mahfudzat dipilih kalimatnya yang tidak terlalu panjang. Pada kelas-kelas yang sudah maju dapat diberikan cerita-cerita menarik, syair-syair yang indah, dan kata-kata hikmah yang dapat menggugah jiwa dan semangat anak didik
5)      Menuliskan materi mahfudzat di papan tulis denagn tulisan yang indah dan menarik. Dan membacanya bersama-sama agar hafalan benar-benar membekas
6)      Sering-sering melakukan ulangan hafalan
Teknik menghafal mahfudzat
1)      Guru membacakan teks mahfudzat, setelah lebih dahulu dituliskan di papan tulis, kemudian diikuti oleh semua siswa bersama-sama, hingga hafal di luar kepala. Kemudian guru menguji masing-masing siswa tentang hafalannya di depan kelas dengan fasih. Dan setelah semua mendapatkan giliran, baru murid disuruh menyalinnya di buku tulis.
2)      Membacakan mahfudzat sekaligus secara keseluruhan tanpa dibagi-bagi dalam potongan yang kecil. Kemudian dibaca berkali-kali sampai hafal betul
3)      Kebalikan dari point 2 : yaitu dengan cara membagi dalam bagian yang kecil materi mahfudzat dan dihafal, setelah hafal betul bagian pertama, berpindah ke bagian yang lain, dan seterusnya hingga semuanya hafal di luar kepala.
6.      Metode Qawa’id (Nahwu Saraf)
Pada umumnya banyak orang Islam menyangka bahwa bahasa Arab itu disamakan dengan nahwu saraf, lalu mereka membayangkan bahwa kalau begitu belajar bahasa Arab itu sukar, sulit dan memusingkan otak.
Kesan bahwa bahasa Arab itu sukar, sulit dan memusingkan kepala adalah banyak disebabkan dari kesalahan metode dalam mengajar. Sistem dan metode pengajaran lama, terlalu menitikberatkan dan mengutamakan nahwu saraf dari pada Ta’bir (percakapan), Mutala’ah (membaca), dan Imla’ (menulis).  Sehingga seolah-olah menyamakan bahasa Arab itu dengan nahwu saraf itu sendiri. Dalam arti kata, jika seseorang telah mengetahui tata bahasa Arab, maka dengan sendirinya menguasai bahasa Arab. Padahal nahwu saraf itu baru merupakan satu bagian dari bahasa Arab, yang tidak mesti perlu dianggap sulit, apalagi ditakuti.  Prinsip mengajarkan bahasa Arab hendaknya tidak menyulitkan. Akan tetapi buatlah anak-anak senang berbahasa Arab, jangan menyulitkan mereka.
“Mudahkanlah, dan jangan disulitkan mereka”
Kalu dalam bahasa Indonesia Qawaid/ nahwu saraf itu searti dengan “Tata Bahasa”, dan “Grammar” dalam bahasa Inggris. Oleh karena itu, agak aneh kalau pengajaran bahasa Arab ini mendahulukan saraf/qawaid daripada muhadasah, muthala’ah, imla’, yang seharusnya dapat diajarkan sambil lalu
Metode mengajarkan nahwu saraf (Qawaid)
1)      Guru hendaknya banyak memberikan contoh-contoh dari materi yang dibahas, agar pengajaran tidak membosankan, dan dapat memudahkan pengertian anak didik
2)      Pada contoh-contoh yang diberikan itu, hendaklah ditulis di papan tulis, dan menjelaskan maksud dan pengertiannya
3)      Pada saat guru menjelaskan maksud dan pengertian materi pelajaran nahwu saraf, pengertian siswa penuh terpusat kepada materi

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...