Tanpa Cleaning Service, 70 Persen Lahan Hijau
PENDIDIKAN: Guru-guru SMA 1 Kota Bangun kompak membangun kesadaran pentingnya tempat belajar mengajar yang sehat dan nyaman.
SMA 1 Kota Bangun terbaik dalam kategori sekolah sehat di Kaltim. Dalam waktu dekat, sekolah tersebut akan mewakili Benua Etam di ajang serupa tingkat nasional. Lantas, apa kelebihan sekolah di pelosok Kukar itu?
MUHAMMAD RIFQI, Tenggarong
JIKA Anda seorang
perokok, jangan coba-coba merokok di lingkungan SMA 1 Kota Bangun.
Terlebih, membuang sampah sembarangan, karena ada ratusan siswa dan
puluhan guru yang siaga “mengeroyok” untuk menegur Anda.
Guru dan pelajar itu memang sudah
dibentuk karakternya. Bagi mereka, hidup sehat bukan lagi menjadi
kewajiban, melainkan kebutuhan yang wajib dijaga. Pantas, tim penilai
dari Provinsi Kaltim, memberikan skor tertinggi kepada SMA 1 Kota
Bangun.
Lokasi SMA 1 Kota Bangun sekitar 140
kilometer dari Samarinda, atau 85 kilometer dari Tenggarong. Kota Bangun
menjadi salah satu kecamatan di hulu Mahakam yang jauh dari hiruk-pikuk
suasana kota. Namun, sekolah tersebut tak minder dan justru percaya
diri bersaing dengan sekolah-sekolah lain, khususnya di perkotaan.
Penilaian sekolah sehat tak hanya
meliputi infrastruktur, tapi juga pembentukan karakter seluruh penghuni
sekolah untuk hidup sehat. “Perilaku orang-orang di lingkungan sekolah
juga dinilai,” terang Kepala SMA 1 Kota Bangun Fadli Yulizannur.
Dia menceritakan, prestasi SMA 1 bukan
hanya predikat sekolah sehat. Sebelumnya, sekolah di atas lahan seluas
2,8 hektare itu menjadi juara sekolah sehat level kabupaten. Pada
Agustus lalu, Fadli menerima langsung penghargaan dari Bupati Kukar Rita
Widyasari.
Secara otomatis, SMA 1 mewakili Kukar
dalam ajang serupa di level provinsi. Peluang mewakili Kaltim pun
terbuka lebar. Upaya sekolah itu mewujudkan lingkungan yang sehat
dilakukan selama tiga tahun terakhir.
Pada 2014 dan 2015, SMA 1 Kota Bangun tercatat sebagai runner up
sekolah sehat se-Kukar. Tahun ini, mereka juara. Fadli menjelaskan,
perjuangan meraih sekolah sehat tidak mudah. Yang paling utama
dilakukannya adalah menanamkan pola pikir peduli terhadap lingkungan.
Sebelum mengajak anak didiknya peduli, dia beserta para guru lebih dulu
mencontohkan sikap peduli tersebut.
Misalnya, dia tak sungkan ikut gotong
royong membersihkan lingkungan setempat. Termasuk menanam pohon dan
tanaman hijau lain. Berikutnya, para anak-anak didik mengelola taman
yang mereka buat. Dijaga agar tetap asri sepanjang tahun.
Tak tanggung-tanggung, dari 2,8 hektare
area sekolah, 70 persennya sudah dihijaukan. “Saya membebaskan
anak-anak untuk menanam pohon, bahkan berkebun di lingkungan sekolah.
Mereka akhirnya berlomba-lomba membuat tanaman dan mereka rawat menjadi
yang terbaik,” katanya.
No comments:
Post a Comment