Berlomba Dalam Kebaikan
Kita
sebagai seorang anak muda yang bisa juga dibilang Ababil (ABG Labil)
-termasuk saya- memang sangat gereget sekali dengan istilah perlombaan.
Baik lomba-lomba seperti cerdas cermat, debat, baca puisi atau bahkan
lomba 17-an sekalipun. Ini karena hormon kita yang banyak mengandung ego
yang tinggi sehingga membuat kita tidak mau kalah dengan siapapun,
selalu ingin jadi yang terbaik dan tidak pernah mengaku bahwa dirinya
sendiri memiliki kekurangan. Yah, itulah perlombaan anak muda. Dibilang
seru, mungkin. Dibilang parah, mungkin. Dibilang biasa aja, mungkin juga
(?).
Tapi
tentu sudah kewajiban bagi seseorang yang memiliki wawasan tentang hal
ini memberikan sosialisasi kepada para "Ababil" ini agar tidak terjadi
hal-hal yang (tidak?) diinginkan. Saya sendiri adalah seorang Muslim,
kebetulan BAB PAI saya yang pertama membahas mengenai hal ini.
Pembahasanya ada pada QS. Al-Baqarah 2:148 yang artinya "Dan
bagi tiap-tiap umat memiliki kiblatnya masing-masing, maka
berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Dimanapun kamu berada Allah akan
mengumpulkanmu di akhirat nanti. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu"
Kalo kita tinjau lebih dalam, ayat yang satu ini bersifat universal. Karena isinya adalah perintah untuk berlomba dalam kebaikan
. Dari buku pegangan yang saya punya, maksud ayat tersebut adalah kita sangat menyadari bahwa manusia memiliki berbagai macam kepercayaan, maka kita harus berlomba dan bersaing dalam kebaikan untuk membuktikan ke-eksisan Agama kita. Tentunya secara tidak langsung, kita juga meningkatkan keimanan kita pada Agama kita dengan kita selalu berlomba dalam kebaikan.
. Dari buku pegangan yang saya punya, maksud ayat tersebut adalah kita sangat menyadari bahwa manusia memiliki berbagai macam kepercayaan, maka kita harus berlomba dan bersaing dalam kebaikan untuk membuktikan ke-eksisan Agama kita. Tentunya secara tidak langsung, kita juga meningkatkan keimanan kita pada Agama kita dengan kita selalu berlomba dalam kebaikan.
Contoh
konyolnya, misalkan kita punya temen yang lain kepercayaan. Kebetulan
pulang searah sama dia. Berhubung kamu sama dia adalah orang yang
menghargai keberadaan bumi, kamu sama dia lebih memilih pulang dan pergi
sekolah dengan menggunakan fasilitas umum seperti Angkutan Kota (Angkot
a.k.a Ancot or something like that!). Waktu nyampe di lampu merah a.k.a
stoppan, ada seorang pengamen yang menyanyikan lagu D'Bagindas -
C.I.N.T.A , kamu lihat temen kamu mulai merogoh saku bajunya untuk
mengambil uang untuk si pengamen dengan uang pecahan Rp. 50.000 perak,
lalu dia bilang sama kamu "Eh, kalo di Agama-ku, ngasih uang ke orang
yang enggak mampu tuh disukai Tuhan loh! Apalagi kalo jumlahnya banyak."
kamu jawab "Agama aku juga kok!." Akhirnya kamu pun merogoh saku baju
kamu dan nemu uang Rp. 100.000 perak. Kamu dan dia memberikan kepada si
pengamen bersamaan karena kamu sama dia ingin menunjukan eksistensi
agama masing-masing. Alhasil, si pengamen bersyukur dan nari-nari
kegirangan (?) dan kamu sama dia pun senang karena telah menunjukan
eksistensi agama yang dianut.
Al-Biruni
Al-Khawarizmi
Mungkin
beberapa temen-temen ada yang pernah denger nama Al-Biruni. Beliau
adalah seorang muslim yang menuliskan tabel tangen kosinus yang pertama
di dunia. Atau mungkin pernah denger nama Khawarizmi. Beliau dijuluki
bapak matematika karena beliau mengemukakan penemuanya di bidang
matematika yang kita pelajari pas SMP yaitu Aljabar. Dua orang ini
secara teknis sangat memahami ayat di atas. Mereka menunjukan eksistensi
Islam dengan berlomba dalam kebaikan, dalam hal ini adalah pendidikan.
So,
buat temen-temen yang muslim, akankah kita jadi salah satu orang yang
berhasil berlomba untuk Agama kita di kancah dunia? Atau hanya sekedar
menunjukan eksistensi agama kita pada temen-temen kita dengan melakukan
berbagai aplikasi dari ajaran kita. Atau temen-temen cukup puas dengan
hanya nama agama temen-temen di KTP?
Mari Berlomba Guys!!! sumber
No comments:
Post a Comment